Liputan6.com, Jakarta - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Mega Proyek Pertamina terintegrasi yang menghubungkakan hulu hingga hilir minyak dan gas bumi dengan nilai total investasi US$ 5,8 miliar atau senilai Rp 77,72 triliun (estimasi kurs: Rp 13.400 per dolar AS).
Presiden Jokowi menyatakan, Mega Proyek Pertamina terintegrasi dan juga pabrik amoniak sejalan komitmen pemerintah untuk memperkuat infrastruktur energi nasional, mengoptimalkan pemanfaatan gas untuk pemenuhan kemandirian energi dan menciptakan nilai tambah di dalam negeri.
“Pemerintah sangat mendukung dan memberikan apresiasi yang tinggi kepada Pertamina dan para mitranya yang telah menggagas dan merealisasikan Mega Proyek Pertamina Terintegrasi ini,” kata Jokowi, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Minggu (2/8/2015).
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto menyebutkan, proyek-proyek. Tersebut, yaitu Central Processing Plant (CPP) yang dikelola oleh Join Operating Body Pertamina Medco Tomori Sulawesi dengan investasi sebesar US$ 1,2 miliar.
Fasilitas tersebut memiliki kapasitas produksi total 315 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan akan memproses gas yang bersumber dari pengembangan Blok Senoro-Toili. 250 MMSCFD akan dipasok ke Kilang LNG Donggi-Senoro, dan 55 MMSCFD untuk pabrik amoniak PT Panca Amara Utama.
Bersama Blok Senoro-Toili, Blok Matindok yang dikelola oleh PT Pertamina EP juga akan memasok gas untuk Kilang LNG Donggi Senoro sebanyak 85 MMSCFD. Blok Matindok akan memiliki dua Central Processing Plant, yaitu CPP Donggi dan CPP Matindok dengan kapasitas total 105 MMSCFD.
"Selain untuk kilang LNG, gas dari Matindok juga akan dipasok ke pembangkit listrik," ungkapnya.
Proyek berikutnya adalah Kilang LNG Donggi Senoro berkapasitas 2,1 million ton per annum (MTPA) dengan investasi senilai US$ 2,8 miliar. Investasi kilang tersebut telah mejadi kunci bagi upaya pengembangan dan monetisasi cadangan gas yang 30 tahun belum dikembangkan di Sulawesi Tengah.
Kilang LNG Donggi Senoro yang dikelola oleh PT Donggi Senoro LNG tersebut merupakan kilang LNG yang dibangun dengan model hilir pertama di Indonesia, tidak membebani negara untuk investasinya dan memberikan multiplier efek yang tinggi bagi perekonomian nasional dan setempat.
Proyek ini merupakan proyek kilang LNG pertama di Indonesia yang melibatkan perusahaan-perusahaan Asia, yaitu PT Pertamina (Persero), PT Medco Energi Internasional Tbk, Mitsubishi Corporation, Korea Gas Corporation (KOGAS) tanpa melibatkan major oil and gas companies.
Selanjutnya, sebagai bagian dari upaya pemenuhan kebutuhan domestik JOB Pertamina Medco Tomori Sulawesi telah berkomitmen menyalurkan gas sebanyak 55 MMSCFD untuk pabrik amoniak berkapasitas 700 ribu ton per tahun, yang akan dikelola oleh PT Panca Amara Utama. Pabrik amoniak tersebut memulai groundbreaking dan diperkirakan akan menyerap investasi sebesar US$ 800 juta.
Dari proyek-proyek gas tersebut, potensi penerimaan negara selama 13 tahun mendatang diproyeksikan mencapai US$ 7,02 miliar. Total gas yang akan tersalurkan kepada konsumen, baik untuk kilang LNG, pabrik amoniak, dan pembangkit listrik sekitar 415 MMSCFD dan membuka lapangan kerja hingga 10.000 tenaga kerja.
Selain itu, Jokowi juga meresmikan Lapangan GG PHE Offshore North West Java yang terletak di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Lapangan GG memiliki fasilitas satu anjungan lepas pantai tanpa awak, pemboran tiga sumur gas, pipa bawah laut sepanjang 35 km, dan onshore processing facility Balongan dengan total investasi sekitar US$ 150 juta.
Lapangan GG mulai onstream dengan kapasitas produksi 31 MMSCFD dan 150 barel kondensat per hari. Gas dari lapangan tersebut dipasok untuk Kilang Pertamina Balongan, Kilang LPG Pertamina Mundu, dan PLN Sunyaragi. (Pew/Gdn)
Presiden Jokowi Resmikan Proyek Pertamina Senilai US$ 5,8 Miliar
Kilang LNG Donggi Senoro merupakan kilang LNG yang dibangun dengan model hilir pertama di Indonesia.
Advertisement