Sukses

Bos BI: Ekonomi dan Sistem Keuangan RI Tetap Terjaga

Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan pemerintah dan BI perlu mewaspadai risiko berlanjutnya perlambatan ekonomi domestik.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia tengah dihadapkan pada tantangan kompleks dari global maupun domestik. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) terus mewaspadai perlambatan ekonomi Indonesia akibat ancaman faktor eksternal.

Stabilitas perekonomian menjadi kesimpulan penting dalam Rapat Koordinasi (Rakor) antara Gubernur BI, Agus Martowardojo dan 6 menteri Kabinet Kerja terkait perekonomian terkini.

Sebanyak 6 menteri itu, antara lain Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said serta Menteri PPN/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago.

Dari hasil rakor besar tersebut, Agus menuturkan, tantangan eksternal yang membayang-bayangi perekonomian Indonesia bersumber dari pertumbuhan ekonomi global lebih lambat dibanding perkiraan semula, harga komoditas ekspor yang semakin merosot, sampai potensi gelojak di pasar keuangan global masih tinggi.

Di sisi domestik, realisasi stimulus fiskal belum secepat perkiraan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, volatilitas pasar keuangan domestik cukup tinggi, serta beberapa kendala struktural lain.

"Di tengah kondisi ini, kami menyepakati stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan Indonesia tetap terjaga," tegas Agus saat Konferensi Pers Perekonomian Terkini di kantornya, Jakarta, Selasa (4/8/2015).

Kondisi tersebut, tambah Agus, dibuktikan dengan perkiraan inflasi yang semakin terkendali dan optimistis berada di kisaran 4 plus minus 1 persen pada 2015. Defisit transaksi berjalan diperkirakan menyempit dan lebih sehat serta tekanan nilai tukar rupiah yang sejalan dengan mata uang dunia dengan fluktuasi tetap terkendali.

"Stabilitas sistem keuangan tetap solid ditopang kuatnya ketahanan sistem perbankan dan terjaganya kinerja pasar keuangan. Hal ini berkat pengelolaan kebijakan makro ekonomi yang ditempuh secara hati-hati dan konsisten," terang dia.

Hanya saja, Agus mengaku, pemerintah dan BI perlu mewaspadai risiko berlanjutnya perlambatan ekonomi domestik yang perlu respons secara tepat dan terukur. BI telah menempuh berbagai langkah kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pertama, lanjutnya, menempuh kebijakan moneter yang prudent dan konsisten di tengah tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, terutama menghadapi kenaikan suku bunga di AS.

Kedua, menerapkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif guna memberi stimulus kredit dan menjaga momentum pertumbuhan. Ketiga, mendorong percepatan reformasi struktural termasuk upaya melanjutkan pendalaman pasar keuangan dan meningkatkan efisiensi sistem permbayaran.

Sementara itu, Indroyono menambahkan, pemerintah mengandalkan sektor pariwisata untuk mengantisipasi tantangan ekonomi ke depan, khususnya menambah devisa. "Targetnya bisa meningkatkan devisa US$ 12 miliar dan 10 juta wisman tahun ini," ujarnya.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago mengaku, pemerintah akan melanjutkan penguatan pembangunan dan fondasi ekonomi termasuk ekspor.

"Penurunan harga komoditas bukanlah sesuatu yang harus dikeluhkan, tapi bagaimana caranya mempercepat pembangunan industrialisasi dan hilirisasi," kata Andrinof. (Fik/Ahm)