Liputan6.com, Aceh - Pemerintah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam menyatakan bahwa ketersediaan sistem irigasi menjadi salah satu masalah utama yang bisa mendorong peningkatan produksi pertanian di wilayah tersebut.
Gubernur Aceh, Zaini Abdullah mengatakan, dari 124 lokasi yang memungkinkan untuk dibangun bendungan dan irigasi, saat ini baru 13 lokasi yang telah dan sedang dalam proses pembangunan kedua infrastruktur tersebut.
"Sehingga berpengaruh pada perubahan iklim, perubahan areal hutan dan lain-lain. Misalnya irigasi di Pidie awalnya bisa mengairi sawah seluas 12 ribu hektar (ha) tapi musim gadu ini yang bisa diairi hanya sebanyak 6 ribu ha," ujarnya di Banda Aceh, seperti ditulis Rabu (5/8/2015).
Selain itu, akibat kurangnya infrastruktur bendungan dan irigasi ini, indeks tanam padi di Aceh hanya sebesar 1,4. Hal ini artinya petani hanya mampu menanam dan panen setahun sekali,
"Sedangkan mampu menanam padi baru 40 persen. Ini tergantung pada irigasi. Kondisi tersebut butuh penangan serius agar dicari jalan keluar, salah satunya dengan perbaikan dan pembangunan irigiasi agar indek bisa jadi 2 atau bahkan lebih," kata dia.
Terlebih lagi, lanjut Zaini, sebanyak 70 persen dari 5 juta masyarakat Aceh masih tinggal di kampung atau desa dan 70 persen diantaranya menggantungkan hidup dari sektor pertanian.
Jika pembangunan dan perbaikian bendungan serta irigasi bisa dilakukan dengan secepatnya, maka bisa mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat diprovinsi ini.
"Jika perbaikan ini dilakukan berarti membuka peluang untuk menyejahterakan masyarakat Aceh. Kami berharap pemerintah pusat khususnya Kementerian Pertanian berikan perhatian khusus pada Aceh sehingga potensinya bisa dimaksimalkan," tandasnya. (Dny/Gdn)
Ketersediaan Irigasi Bakal Sejahterakan Masyarakat Aceh
Akibat kurangnya infrastruktur bendungan dan irigasi, indeks tanam padi di Aceh hanya sebesar 1,4.
Advertisement