Sukses

Harga Komoditas Bakal Terus Tertekan

Penguatan indeks dolar AS dan pasokan yang meningkat akibat perlambatan ekonomi global menjadi dua faktor penekan harga komoditas.

Liputan6.com, Jakarta - Prospek harga komoditas di kuartal IV 2015 ini masih akan mengalami penurunan dan mungkin yang terdalam dalam sejarah.  Penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dan stok yang melimpah menjadi alasan yang mendasari penurunan harga komoditas tersebut.

Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka, Ibrahim menjelaskan, pergerakan harga komoditas seperti batu bara, nikel, emas, minyak mentah dan beberapa lainnya dalam perdagangan di bursa berjangka sangat berkaitan dengan mata uang dolar AS.  Mata uang Amerika tersebut menjadi alat pembayaran resmi walaupun ada mata uang lain sebagai alat pembayaran seperti mata uang uero maupun mata uang yuan.

Ibrahim menuturkan, secara garis besar ada 2 faktor yang mempengaruhi melemahnya harga komoditas pada saat ini, yaitu penguatan indeks dolar AS dan pasokan yang meningkat akibat perlambatan ekonomi global.

Peningkatan Dolar AS merupakan faktor utama yang dapat menekan harga komoditas dalam beberapa bulan ke depan.  Dalam analisis Ibrahim, di kuartal I 2015 kemarin, Indeks dolar AS sempat mencapai level tertingginya di 100,44. Namun di Kuartal IV 2015 kemungkinan indeks dolar AS akan kembali bertenaga dan akan mencapai level tertingginya di 101,50. 

Penguatan indeks Dolar AS tersebut berdampak negatif terhadap semua harga komoditas yang diperdagangkan di bursa berjangka maupun pasar internasional.

"Dengan positifnya dolar AS mengakibatkan pelaku pasar cenderung mencari perlindungan ke dalam mata uang yaitu dollar amerika, obligasi dan saham ketimbang harga komoditas," jelasnya seperti dikutip Kamis (6/8/2015). 

Indeks dolar AS terus bergerak menguat ketika pasar diguncang oleh buruknya kondisi ekonomi dan politik di semua kawasan antara lain Yunani, Rusia, Timur Tengah, negara kawasan Amerika Latin seperti Kosta Rica, Kolombia dan Uruguai dan kawasan Asia terutama China serta spekulasi kenaikkan suku bunga  Bank Sentral Amerika (yang kemungkinan akan di umumkan pada bulan September ini.

Sedangkan pasokan yang meningkat akibat perlambatan ekonomi global, Ibrahim melanjutkan, turunnya permintaan komoditas karena perlambatan ekonomi global mengakibatkan pasokan komoditas di negara produsen terus meningkat.

Konsumen utama komoditas seperti China, Jepang, India dan Uni Eropa terus menurunkan permintaan akan komoditas sejak 2011 lalu dimana saat itu pertumbuhan ekonomi China terus mengalami penurunan dari level tertinggi di tahun 2010 yaitu 10,44 persen dan terus menurun sampai tahun 2014 di 7,3 persen.

"Apabila kita mengacu kepada apa yang terjadi selama sell-off di 2008, kita sebaiknya mempersiapkan diri untuk menghadapi pelemahan yang signifikan di pasar komoditas pada kuartal IV 2015 ini," tutup Ibrahim. (Gdn/Ndw)