Liputan6.com, Jakarta - Malaysia berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di perbatasan Indonesia dengan Malaysia yang berada di Pulau Kalimantan. Ini menjadi pro kontra mengingat meski dibangun di wilayah Malaysia namun dampak lingkungannya akan merugikan Indonesia.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jendral Energi Terbarukan dan Konservasi Energi Rida Mulyana mengaku saat ini tengah melakukan konfirmasi ke Malaysia mengenai rencana itu.
Menurut Rida, tidak seharusnya Malaysia membangun PLTNÂ di Pulau Kalimantan, mengingat pulau tersebut sebagian besar wilayahnya menjadi hak Indonesia.
"Saya lagi cek ini, apa betul tetangga kita Malaysia akan bangun PLTN di Kalimantan, kan tragis, itu pulau lebih banyak kita yang menggunakan,‎" kata Rida ketika ditemui di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (10/8/2015).
Ditambahkannya, akan lebih tragis lagi jika memang PLTN itu dibangun tenaga-tenaga ahli yang digunakan dari Indonesia, kemudian hasil produksinya di jual ke Indonesia mengingat wilayah Kalimantan saat ini masih defisit listrik.
Menurut Rida, dengan Malaysia bangun PLTN di wilayah Kalimantan, bagi Indonesia akan lebih banyak menerima dampak negatifnya. "‎Buat kita ya jelas (negatif), harusnya kan kita jual ke mereka, masak porsi sedikit jual ke porsi yang besar, logikanya porsi besar jual ke yang sedikit dunk umumnya," papar dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyindir pemerintah Indonesia yang hanya diam dengan rencana Negara tetangga, Malaysia membangun PLTN di Kalimantan. Meski bukan di wilayah NKRI, namun dampaknya bisa mengarah ke Negara ini.Ketua Umum API, Ade Sudrajat mengungkapkan, ongkos energi dalam struktur produksi tekstil cukup besar, terutama biaya listrik yang dikenakan tarif US$ 10 sen per KwH dibanding negara lain.
"Biaya listrik memang mahal, tapi Alhamdulillah masih anti nuklir," ujar dia.
Vietnam, kata Ade, sudah membangun delapan PLTNÂ bukan uranium. Sedangkan Indonesia sudah mempunyai reaktor nuklir di Bandung dan Serpong untuk kepentingan penelitian dan medis.
"Tapi celakanya Malaysia mau bangun pembangkit nuklir di Kalimantan. Mau beli listrik langsung dari Malaysia tinggal pasang kabel, tapi itu dampaknya (PLTN) pasti ke kita. Jadi itu kita yang pintar atau bodoh ya?," sindir Ade.‎ (Yas/Gdn)
ESDM: Tak Seharusnya Malaysia Bangun PLTN di Kalimantan
akan lebih tragis lagi jika memang PLTN itu dibangun tenaga-tenaga ahli yang digunakan dari Indonesia.
Advertisement