Sukses

Mogok Jualan, Pedagang Daging Rugi Rp 500 Ribu per Hari

Aksi mogok jualan sebagai bentuk solidaritas dan protes kepada pemerintah yang dinilai tidak peka pada mahalnya harga daging.

Liputan6.com, Jakarta - Para penjual daging sapi di pasar tradisional melakukan aksi mogok jualan sejak Minggu (9/8/2015). Aksi ini rencananya akan berlangsung hingga Rabu (12/8/2015) lusa.

Suryadi (62), salah satu penjual daging di PD Pasar Jaya Pasar Mampang Jakarta Selatan mengatakan lantaran tidak berjualan, dirinya rugi sebesar Rp 500 ribu per hari.

"Tiap hari paling jualan sekitar 50 kg. Per kg untungnya tidak banyak, paling besar Rp 10 ribu," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (10/8/2015). Maka jika ditarik ke laba tertinggi, dalam sehari ia bisa mendapat untung Rp 500 ribu. 

Menurut Suryadi, jika mogoknya berlangsung selama empat hari, maka setidaknya pendapatannya lenyap sebesar Rp 2 juta. Oleh sebab itu, dirinya tetap memaksakan tetap buka, namun hanya berjualan jeroan.

"Empat hari ini ya tidak ada pemasukan. Jualan jeroan juga tidak ada untungnya, cuma sekedar menghabiskan yang ada saja," kata dia.

Meski demikian, Suryadi mengaku tidka keberatan dengan adanya aksi mogok ini. Menurutnya, aksi ini sebagai bentuk solidaritas dan protes kepada pemerintah yang dia nilai tidak peka pada mahalnya harga daging.

"Kalau empat hari tidak masalah. Mudah-mudahan kalau sudah begini pemerintah bisa cepat cari jalan keluar supaya harga daging tidak terus tinggi," tandasnya.

Untuk diketahui, pedagang daging mengeluhkan tingginya harga daging sapi yang sudah menembus Rp 130 ribu per kilogram (kg). Bahkan tingginya harga daging membuat penjualan pedagang susut hingga 40 persen. Mereka pun melakukan aksi mogok sebagai bentuk protes.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan penurunan penjualan daging sapi di kalangan pedagang sampai saat ini mencapai 30-40 persen. Ini dikarenakan daya beli masyarakat yang juga rendah akibat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang juga rendah.

Dia berharap pemerintah segera mengambil solusi yang tepat untuk memastikan pasokan daging ke pasar lancar sehingga harga stabil dan omzet padagang normal seperti biasa.

Sebab dia khawatir gejolak harga ini akan berkepanjangan dan menimbulkan ketidakpastian bagi pedagang, masyarakat dan dunia usaha.

"Semua kuncinya ada di tangan pemerintah, Kementerian Pertanian dan Perdagangan, kalau memang kita memiliki sapi lokal ya silahkan digelontorkan ke pasar, jika tidak ada ya harus dicari solusinya,"‎ kata Sarman yang juga sebagai Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya.

Dijelaskan Sarman, kebutuhan daging pada tahun ini diperkirakan mencapai 640 ribu ton, naik sekitar 8,5 persen dari tahun lalu sebesar 590 ribu ton.

Dimana pasokan bersumber dari daging lokal dan impor. Khusus untuk daging impor terdiri dari 40 persen daging sapi beku dan 60 persen sapi hidup.

Khusus untuk kebutuhan daging di Jakarta, dikatakan Sarman sepenuhnya dipasok dari luar Jakarta baik daging lokal maupun impor. (Dny/Gdn)