Liputan6.com, Beijing - People's Bank of China (PBC)/bank sentral China sengaja melemahkan mata uangnya. Pelemahan itu sekitar 1,9 persen terhadap dolar Amerika Serikat. Hal itu bertujuan untuk mempercepat laju ekonomi negeri tirai bambu. Pemangkasan tersebut memicu Yuan anjlok hingga mengalami penurunan harian terbesar sejak Januari 1994.
Yuan turun 1,8 persen menjadi 6,32 yuan per dolar pada pukul 13.34 waktu Shanghai. Yuan terjun turun 2,3 persen di Hong Kong. Harga spot 1,4 persen lebih lemah dari nilai referensi di level 6,2298, masih dalam batas 2 persen yang diizinkan oleh bank sentral.
Baca Juga
Sebelumnya pemerintah China telah berusaha menopang yuan, dengan cara mencegah arus modal keluar, melindungi peminjam mata uang asing, dan mengajukan Yuan sebagai mata uang cadangan di Dana Moneter Internasional/IMF. Pelemahan mata uang menunjukkan para pembuat kebijakan kini menekankan pada upaya memerangi perlambatan ekonomi dan mengurangi campur tangan pemerintah pada sistem keuangan.
Advertisement
"Sepertinya ini adalah upaya akhir seperti yang kita tahu (melambatnya perekonomian China)," kata Khoon Goh, Analis Australia & New Zealand Banking Group Ltd, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (11/8/2015).
"Satu dari (tujuan) devaluasi adalah memperbaiki dan memungkinkan meraih lebih banyak basis pasar untuk rezim mata uang baru," tambah Goh.
Devaluasi mata uang China ini berdampak terhadap pasar keuangan global antara lain mata uang Korea Selatan, Australia dan Singapura turun lebih dari 1 persen. Dengan mata uang melemah ini membuat ekspor semakin kompetitif. (Ilh/Ahm)
Â