Sukses

BI: Pelemahan Rupiah Karena Pengaruh dari China

Perkembangan rupiah juga dipengaruhi oleh pembayaran utang dan deviden secara musiman, khususnya di triwulan II 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara menjelaskan, pelemahan rupiah yang terjadi pada Selasa (11/8/2015), lebih disebabkan karena reaksi pelaku pasar terhadap keputusan pemerintah China yang melakukan depresiasi dengan melebarkan rentang mata uangnya (currency band).

Pelebaran rentang mata uang tersebut dilakukan oleh pemerintah China untuk mengurangi pelarian modal, meningkatkan daya saing Yuan agar mendorong ekspor  dan melindungi investor dalam negeri.

"Saat ini mata uang Jepang, Korea dan Eropa, yang merupakan pesaing dagang utama China sudah mengalami depresiasi yang cukup besar," jelas Mirza. 

Di sisi lain, kebijakan di China tersebut berpengaruh terhadap seluruh mata uang regional termasuk rupiah. Hampir seluruh mata uang global melemah terhadap dolar AS.

Pengaruh kebijakan di China terhadap rupiah, tidak sebesar pengaruh yang terjadi pada dolar singapura, won Korea, dolar Taiwan, dan bath Thailand.

"Kami meyakini bahwa hal ini akan bersifat sementara. Kami melihat bahwa saat ini rupiah undervalued dan dari dalam negeri sendiri, saat ini kami memandang rupiah sudah cukup kompetitif terhadap ekspor manufaktur, dan mampu mendorong turis masuk ke Indonesia,"

Sementara itu, perkembangan rupiah juga dipengaruhi oleh pembayaran utang dan deviden secara musiman, khususnya di triwulan II 2015. Bank Indonesia akan selalu memonitor perkembangan Rupiah dan terus menerus di pasar untuk menjaga volatilitas rupiah.

Untuk diketahui, menurut data Bloomberg, Selasa (11/8/2015) rupiah sempat menyentuh level 13.597 pada pukul 10.45 WIB. Level tersebut merupakan level terendah dalam 17 tahun terakhir setelah sempat menyentuh level 15.000 pada 1998 lalu.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah menjadi 13.541 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 13.536 per dolar AS. (Fik/Gdn)

Video Terkini