Liputan6.com, Jakarta - Produsen pulp dan kertas, Asia Pulp & Paper Group (APP) bersama dengan masyarakat lokal menanam 10.000 bibit pohon lokal Meranti, sebagai bagian dari usaha reforestasi hutan terdegradasi di suaka margasatwa Giam Siak Kecil, Riau, Sumatra.
Pada pada bulan April 2014, APP meluncurkan sebuah komitmen untuk mendukung perlindungan dan restorasi satu juta hektar hutan di Indonesia, yang berlokasi di sepuluh lanskap di Sumatra dan Kalimantan.
Sejalan dengan komitmen tersebut dan atas rekomendasi dari tokoh lingkungan hidup dari Jepang, Profesor Akira Miyawaki, APP telah mempersiapkan sebuah proyek restorasi hutan seluas 25 hektar di lanskap Giam Siak Kecil.
Advertisement
APP mengajak Organisasi International Tropical Timber Organization (ITTO) dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan di Kuok Riau (Forda Kuok) untuk berkolaborasi dalam program ini. Kerja sama ini dilakukan dengan pertukaran informasi dan spesies lokal. APP menyambut lebih banyak lagi kolaborasi ini dan dukungan dari para pemangku kepentingan global.
“Kerjasama ini juga diharapkan dapat menambah kemitraan lintas sektor untuk dapat berbagi informasi tentang kebijakan pemerintah baik di tingkat nasional maupun regional serta berbagi metodologi dalam hal konservasi dan restorasi hutan. Selain itu, kemitraan tersebut dapat menjadi model yang akan mendorong industri lain untuk memulai inisiatif serupa yang dapat membantu memulihkan hutan di Indonesia. Maka dari itu, kami memberikan apresiasi kepada ITTO dan Forda Kuok atas dukungannya dalam program ini," ujar Suhendra Wiriadinata, Direktur APP, Selasa (11/8/2015).
Area yang terdegradasi lanskap Giam Siak Kecil akan ditanami dengan sekitar 10.000 bibit Shorea sp (dipterocarpaceae) atau lebih dikenal dengan Meranti.
Area 25 ha ini terdiri dari 24 ha yang terletak di zona inti Giam Siak Kecil di distrik Humus, Kabupaten Bengkalis sebagai area terdegradasi dan 1 ha area konservasi di area Pertiwi Rasau Kuning Distrik, Kabupaten Siak.
Penanaman ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat lokal dan dikhususkan pada spesies lokal yang bertujuan agar hutan dapat kembali seperti aslinya. Keterlibatan masyarakat lokal ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya penanaman pohon khususnya di area terdegradasi.
Selain itu, program penanaman ini memiliki durasi selama satu tahun dan masa pemeliharaan selama dua tahun dengan dukungan dari Sinar Mas Forestry (SMF).
Dr. Hwa Ma Ok, Project Manager ITTO, menambahkan penanaman pohon dengan menggunakan spesies lokal di area terdegradasi merupakan salah satu langkah dalam mengurangi emisi karbon dunia.
"ITTO bekerja sama dengan Forda-Kuok untuk memberikan kontribusi dalam manajemen berkelanjutan, konservasi, dan pemanfaatan spesies bernilai tinggi asli di Sumatera. Kami mendukung program yang dilaksanakan oleh APP dan SMF ini, karena untuk dapat mewujudkan tujuan ini dengan skala yang lebih besar dibutuhkan kontribusi dari setiap sektor," kata dia.
Pada bulan Februari 2013 APP meluncurkan Kebijakan Konservasi Hutan APP (FCP) untuk melindungi semua hutan alam di seluruh rantai pasokan APP.
Dengan adanya kebijakan ini, APP memastikan tidak ada lagi kayu hutan alam yang akan dikonversi menjadi produk yang dijual ke pelanggan.
Selain komitmen ini, APP merupakan satu-satunya produsen pulp dan kertas yang ikut menandatangani New York Declaration on Forest di acara UN Climate Summit bulan September 2014 yang lalu. Deklarasi tersebut berisi komitmen untuk menjaga hutan dan membantu mengatasi perubahan iklim.(Nrm/Gdn)