Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan harga emas akan bergantung pada kebijakan China dan hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS). Akan tetapi, harga emas ada potensi menguat pada pekan depan.
Analis Price Futures Group, Phil Flynn menuturkan pelaku pasar akan mewaspadai perkembangan kebijakan ekonomi China. Devaluasi mata uang China Yuan dinilai sebagai sinyal kalau pemerintah China khawatir tentang pertumbuhan ekonomi negaranya.
Baca Juga
"China akan menjadi faktor utama untuk pergerakan harga emas pekan depan terutama devaluasi Yuan memicu minat investasi emas sebagai investasi aman," ujar Flynn, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (17/8/2015).
Advertisement
Ia menambahkan kekhawatiran terhadap China tersebut kembali meningkatkan permintaan emas. Permintaan emas sempat turun 12 persen menjadi 914,9 metrik ton (MT) pada kuartal II 2015. Hal itu berdasarkan laporan World Gold Council.Di sisi lain dengan asumsi situasi China tidak akan bergejolak lagi, sejumlah analis menuturkan, pelaku pasar akan fokus pada harapan pertemuan The Fed pada bulan depan. Bank sentral AS diperkirakan dapat meningkatkan suku bunga pada September 2015.
"Faktor terbesar yaitu pertemuan The Federal Reserve. Kami akan melihat hasil pertemuan bank sentral AS akan memberikan sinyal potensi kenaikan suku bunga apda Sptember. Bila ada sedikit sentimen keluar maka hal tersebut dapat menjadi sentimen negatif untuk harga emas," ujar Mike Dragosits, Analis TD Securities.
Pelaku pasar juga fokus terhadap rilis ekonomi pekan depan. Ada sejumlah data ekonomi AS yang akan keluar seperti data survei manufaktur New York pada Senin. Kemudian data perumahan pada Selasa, dan dilanjutkan rilis data inflasi pada Rabu pekan ini. Lalu rilis data klaim pengangguran, survei bisnis Philadelphia dan penjualan rumah yang sudah ada pada Kamis pekan ini.
Selain pertemuan bank sentral AS, Flynn menambahkan, pelaku pasar juga mewaspadai komentar dari pejabat bank sentral Eropa. Pelaku pasar mengharapkan pejabat bank sentral Eropa dapat memberi sinyal kenaikan pembelian obligasi atau disebut pelonggaran kuantatif/quantative easing (QE).
"Peningkatan QE di Eropa akan dapat mendukung harga emas," ujar Flynn.
Sebelumnya harga emas telah melambung pada pekan lalu. Hal itu didukung dari kebijakan pemerintah China menguncang pasar global dengan melemahkan atau devaluasi mata uangnya. Akan tetapi, situasi menjadi stabil pada akhir pekan.
Bank sentral China menyatakan tidak ada alasan Yuan untuk kembali jatuh lebih dalam. Harga emas ditutup di level US$ 1.112,70 pada Jumat, atau naik US$ 18,60 selama sepekan. Sedangkan harga perak berjangka untuk pengiriman September naik 39,2 sen menjadi US$ 15,213 per ounce. (Ahm/Ndw)