Sukses

BCA Pimpin Peringkat Merek Paling Bernilai di Indonesia

BCA (Bank Central Asia) berhasil menduduki peringkat pertama dalam daftar Top 50 Most Valuable Indonesian Brands versi BrandZ.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berhasil menduduki peringkat pertama dalam daftar BrandZ Top 50 Most Valuable Indonesian Brands. Daftar yang dirilis pada Rabu (19/8/2015), oleh WPP dan Millward Brown tersebut, mendaftar beberapa merek paling berharga di pasar Indonesia. Selain BCA, terdapat juga merek perbankan lain seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang menduduki posisi kedua serta PT Bank Mandiri Tbk yang menduduki posisi keempat.

Dengan nilai valuasi mencapai Rp 136,9 triliun rupiah atau setara dengan US$ 9,92 miliar, BCA mampu merajai posisi puncak daftar Top 50 Indonesian Most Valuable BrandZ.

BCA juga dinilai mampu untuk berinovasi terus menerus sebagai merek perbankan, salah satunya sebagai pelopor aplikasi mobile banking di Indonesia dan juga meluncurkan kartu Flazz sebagai kartu transaksi pembayaran pra-bayar pertama yang kini telah diterima secara luas oleh para retailer dan juga provider transportasi umum.

Sektor perbankan merajai 24 persen dari keseluruhan peringkat Top 50, dimana empat merek berada dalam peringkat 10 besar. Selain sektor perbankan, sektor lain seperti properti, retail, hiburan dan FMGC juga terlihat mendominasi daftar tersebut. Sektor FMGC merupakan sektor terbesar yang mendominasi peringkat Top 50 dengan total presentase sebesar 28 persen dari keseluruhan peringkat.

Daftar BrandZ Top 50 Most Valuable Brands merupakan daftar pertama yang dirilis olej WPP dan Millward Brown di Indonesia. Sebelumnya, lembaga penelitian global ini juga pernah merilis beberapa daftar merek paling berharga lainnya seperti Top 100 Globbal, Top 50 India, Top 50 Amerika Latin serta Top 100 Cina.

Perhitungan riset BrandZ Top 50 Indonesia dilaksanakan oleh Millward Brown dengan mengombinasi analisis data financial dari Bloomberg dan Kantar Worldpanel dengan opini konsumen. Terdapat lebih dari 350 brand dari 28 sektor yang berbeda yang dinilai dalam riset ini. (vna/Gdn)