Sukses

Gara-gara China, Pengamat Prediksi AS Batal Naikkan Suku Bunga

Devaluasi Yuan terjadi karena China mulai terganggu dengan kenaikan upah buruh dan harga tanah di Pantai Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi sekaligus Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM), A. Tony Prasetiantono memperkirakan The Federal Reserves (The Fed) akan membatalkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) pada tahun ini. Penyebabnya karena kebijakan China dengan sengaja melemahkan mata uang Yuan.

"Menurut saya tidak jadi tahun ini ya. Sejak awal tahun saya ragu The Fed mau naikkan suku bunga," ucap Tony saat ditemui di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (19/8/2015).

Kata Komisaris Independen Bank Permata ini, keyakinan tersebut merujuk pada kebijakan pemerintah China yang mendevaluasi Yuan untuk memacu ekspor dan memulihkan perekonomian Negeri Tirai Bambu.

"Sekarang ini trennya mata uang turun. Jika dia (AS) naikkan suku bunga, kurs dolar AS makin naik, jadi melawan pasar. Distance dengan Yuan semakin jauh dan AS makin rugi sendiri. Jadi setelah devaluasi Yuan, saya makin yakin tidak jadi naik (suku bunga) tahun ini," tegas Tony.

Perkiraan tersebut, hanya untuk tahun ini. Namun Tony belum dapat meramalkan apakah penyesuaian Fed Fund Rate bisa terjadi tahun depan atau tidak.

"Tidak tahu ya tahun depan, karena keduluan China. Yuan tanpa di devaluasi saja sudah terlalu rendah untuk ukuran negara sekuat China. China kan negara kuat, harusnya kurs kuat. Tapi sengaja dilemahkan dan AS complain," ujarnya.

Menurut dia, devaluasi Yuan terjadi karena China mulai terganggu dengan kenaikan upah buruh dan harga tanah di Pantai Timur, sehingga daya saing semakin merosot. Lanjut Tony, investasi di China mulai lari ke Vietnam dan harapannya masuk ke Indonesia.

"Salah satu cara membabi buta, mereka devaluasi Yuan. Itu juga gelap mata dan nervous dengan daya saing yang turun. Devaluasi Yuan juga bertujuan supaya investasi tidak kabur," tandas Tony. (Fik/Gdn)

Video Terkini