Sukses

Menteri Marwan Ungkap 3 Aspek Keberhasilan Transmigrasi

Menteri Desa Marwan Jafar menuturkan, transmigran perlu dibekali pemahaman terhadap kondisi riil lokasi tujuan.

Liputan6.com, Jakarta - Program transmigrasi kembali bergairah. Setidaknya 30 Kepala Keluarga (KK) atau 114 orang masyarakat dari Jawa Timur dan Jawa Barat telah diberangkatkan ke permukiman transmigrasi di Desa Saembawalati/Kancu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.  Para transmigran ini diberangkatkan memakai KM Dorolonda dari Pelabuhan Tanjung Perah, Surabaya, Jumat, (21/8/2015).

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar menjelaskan, peserta transmigrasi ini berasal dari sejumlah kabupaten di Jawa Timur dan Jawa Barat, yakni dari Bondowoso sebanyak 5 KK = 21 jiwa, Ponorogo 5 KK = 12 Jiwa, Sidoarjo 5 KK = 25 Jiwa, Sumedang 5 KK = 16 Jiwa, dan Kerawang 10 KK = 40 Jiwa.

Sebagai tanda pelepasan, Marwan menyerahkan fasilitas genset untuk lokasi permukiman transmigrasi serta tiket KM Dorolonda kepada perwakilan transmigran.

Marwan mengatakan, peranan transmigrasi kembali bergelora karena mampu meningkatkan martabat dan harkat kehidupan masyarakat transmigran dan penduduk setempat di kawasan transmigrasi.

"Saudara-saudara para transmigran saya ucapkan selamat datang. Tekad dan semangat yang saudara-saudara tunjukkan telah membanggakan kita semua. Semangat kalian telah membuat Indonesia bangga," ujar Marwan.

Menteri kelahiran Pati, Jawa Tengah ini mengingatkan, keberhasilan program transmigrasi ditentukan oleh tiga aspek utama. Pertama, permukiman transmigrasi yang memenuhi kriteria Clear and Clean (CnC), layak huni, layak usaha dan layak berkembang (3L) akan mampu memberikan tempat tinggal, aset, dan kesempatan berusaha transmigran dan masyarakat sekitar, sekaligus menjamin kepastian hak-hak kepemilikan tanah secara sah dan berkelanjutan.

Kedua, transmigran yang berkualitas dari aspek kompetensi, mental, dan daya juang. Transmigran tidak hanya kompeten sesuai kebutuhan pengembangan permukiman dan kawasan transmigrasi, juga mempunyai mental dan daya juang kuat dalam menghadapi tantangan.

Adapun ketiga terkait pembinaan dan pengembangan kapasitas masyarakat transmigran yang sesuai dengan potensi transmigran, bio fisik lokasi permukiman, dan kondisi sosial di kawasan transmigrasi.

Pemberian input produksi yang tepat dan pendampingan yang berkelanjutan menjadi kunci tercapainya kemandirian masyarakat di kawasan transmigrasi.

"Dengan input dan pendampingan demikian, tujuan pembangunan transmigrasi untuk terwujudnya Kawasan Perkotaan Baru (KPB) sebagai embrio terciptanya pusat-pusat pertumbuhan baru akan tercapai," ujar Marwan.

Dalam konteks keseluruhan pelaksanaan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi, aspek kualitas permukiman dan kualitas transmigran merupakan dua sisi yang tidak terpisahkan. Keduanya menjadi faktor penentu dari keseluruhan keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan penyelenggaraan program.

Marwan mengakui kerap menemukan sejumlah permasalahan di beberapa lokasi permukiman transmigrasi, seperti proses penyediaan tanah, perencanaan permukiman/kawasan, pembangunan permukiman, dan rekruitmen transmigran yang bermasalah. Karena itu, pihaknya melakukan seleksi cermat dan ketat untuk meningkatkan kapasitas transmigran melalui pelatihan yang sesuai kebutuhan.

"Saya minta agar metode dan materi pelatihan transmigran tidak terbatas hanya berorientasi pada pelatihan dasar umum (PDU) yang tidak spesifik. Transmigran perlu dibekali pemahaman terhadap kondisi riil lokasi tujuan dan diberikan keterampilan wirausaha yang memadai sehingga kelak mampu menghasilkan nilai tambah terhadap produk yang mereka hasilkan," jelas Marwan.

Marwan mendukung penuh pelaksanaan pelatihan transmigran berbasis kebutuhan pembangunan kawasan transmigrasi yang telah dilaksanakan dalam dua tahun terakhir. (Tanti Y/Ahm)