Sukses

Menhub Akui Navigasi Bandara di Papua Sangat Minim

mayoritas bandara di Indonesia Timur, khususnya di wilayah Papua, masih dikelola dengan sangat sederhana.

Liputan6.com, Jakarta - Maskapai penerbangan komersial Trigana Air Service jenis ATR 42 PK YRN mengalami kecelakaan saat terbang dari Bandar Udara Sentani ke Bandara Oksibil.

Meski kotak hitam (black box) pesawat dan 54 korban telah ditemukan, namun hingga saat ini belum diketahui penyebab terjadinya kecelakaan pesawat tersebut.

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengakui mayoritas bandara di Indonesia Timur, khususnya di wilayah Papua, masih dikelola dengan sangat sederhana. Saking sederhananya, tidak ada Air Trafic Control (ATC) layaknya bandara-bandara di Jawa.

‎"Jadi gini, kalau itu dulu itu bandara kecil, penerbangannya sedikit, makanya kita tidak pasang‎ (ATC), jadi pengelolaannya sederhana," kata Jonan saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (22/8/2015).

Selama ini untuk melakukan landing dan take off di bandara-bandara di Papua, salah satunya di Oksibil, pilot hanya mengandalkan radio komunikasi dengan petugas yang ada di Bandara.

Tak adanya ATC membuat para pilot tidak bisa mengetahui berapa jumlah pesawat yang terbang di sekitar wilayah tersebut dan mengarah kemana pesawat-pesawat itu terbang.

Untuk meningkatkan pengelolaan bandara khususnya dalam hal navigasi, Jonan meminta kepada perusahaan BUMN, Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau juga disebut Airnav Indonesia untuk mengelola dan meningkatkan teknologi navigasi di beberapa bandara tersebut.

"Sekarang sejak adanya Perum LPPNPI itu kewajiban Perum LPPNPI. Semua tower navigasi udara itu menjadi domain perum LPPNPI, yang investasinya harus dilakukan juga, makanya, tolong tanya Bu Rini," papar Jonan. (Yas/Ndw)

 

XX

Video Terkini