Liputan6.com, Jakarta - Situasi dan kondisi ekonomi Indonesia kian memburuk dari rentetan sentimen negatif yang bersumber dari dalam maupun luar negeri. Bahkan Komisi XI DPR RI menyebut ekonomi Negara ini terancam krisis sehingga perlu langkah konkret dari pemerintah dan Bank Indonesia (BI) agar meredam kondisi tersebut.
Usai membahas Anggaran BI Tahun 2016, Ketua Komisi XI Fadel Muhammad menegaskan bakal memanggil pemerintah dan Gubernur BI untuk membicarakan langkah-langka otoritas fiskal dan moneter di tengah situasi perekonomian yang sulit ini.
Baca Juga
"Paling lambat minggu depan kita akan panggil Menteri Keuangan, Kepala Bappenas, dan kalau perlu ajak Menko Perekonomian. Diharapkan BI juga ikut serta. Kita mau tahu langkah-langkah apa yang akan diambil pemerintah menghadapi ekonomi Indonesia yang sudah diambang krisis ini," tegas dia di Gedung DPR, Jakarta, Senin (24/8/2015).
Advertisement
Fadel mengatakan, saat ini pemerintah dan BIÂ harus duduk bersama di depan anggota parlemen untuk mendiskusikan aksi nyata guna meredam situasi perekonomian yang sedang memburuk.
"Kalau mau undang Menteri Keuangan, Bappenas, OJK, Gubernur BIÂ harus secepatnya dalam minggu ini. Sebab rupiah sudah tembus 14.000 per dolar AS. Ini tidak bisa hanya bicara elegan saja tapi butuh realisasi," ucap Fadel.
Seperti diketahui, dolar Amerika Serikat (AS) makin menguat terhadap sejumlah mata uang termasuk rupiah. Dalam kurs JISDOR, rupiah berada di kisaran 13.998 per dolar AS. Dolar AS makin menguat terhadap rupiah, dengan naik 103 poin dari Rp 13.895 per dolar AS pada Jumat 21 Agustus 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada Senin 21 Agustus 2015.
Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Senin 24 Agustus 2015, IHSG susut 189,57 poin (4,37 persen) ke level 4.146,37. Level ini terendah sejak 2013. (Fik/Ahm)