Sukses

Ini Alasan BPS Belum Keluarkan Angka Kemiskinan

Ekonom Indef Fadhli Hasan memperkirakan tingkat kemiskinan meningkat dari 10,96 menjadi 11,5 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) belum merilis angka kemiskinan. BPS beralasan, belum munculnya angka kemiskinan karena adanya penambahan jumlah sampel.

Kepala BPS, Suryamin mengatakan, sampel angka kemiskinan saat ini jauh lebih besar dari sebelumnya. Dia bilang, sampel yang dilibatkan dalam perhitungan angka kemiskinan mencapai 300 ribu orang.

"Karena adanya memperbanyak sampelnya menjadi 4 kali lipat dari biasanya. Yang biasanya 75 ribu rumah tangga sekarang menjadi 300 ribu rumah tangga. Jadi kalau tadinya mengerjakan sebulan, ya empat bulan sekarang begitu," kata dia di Jakarta, Selasa (25/8/2015).

Suryamin menambahkan, tujuan pelebaran sampel ini supaya keterwakilan untuk angka kemiskinan semakin akurat. Biasanya, angka kemiskinan hanya diambil dari provinsi, kini masuk ke kabupaten kota.

"Tujuannya untuk membuat gambaran sampai ke tingkat kabupaten kota. Jadi keterwakilan sampelnya itu sampai ke tingkat kabupaten kota. Waktu 75 ribu itu nasional dan provinsi," jelasnya.

Dia menegaskan, belum rilisnya angka kemiskinan tidak ada motif kepentingan lain. Untuk angka kemiskinan ini, dia mengatakan akan merilis pada awal atau pertengahan September.

"Sekarang benar-benar siang-malam. Targetnya September bisa awal atau pertengah. Karena kita rilisnya tanggal 1, 5, 15," tandas dia.

Sebelumnya Ekonom Indef Fadhli Hasan memperkirakan tingkat kemiskinan meningkat dari 10,96 menjadi 11,5 persen pada periode Maret 2014-Maret 2015. Hal itu berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan metode hampir sama dengan BPS.

"Karena itu kami melakukan perhitungan sendiri apakah betul angka kemiskinan meningkat atau tidak, berdasarkan perkiraan kita menggunakan metode yang hampir mirip dengan BPS meningkat," kata Fadhli kemarin.

Fadhil menambahkan, pada periode tersebut pengangguran juga meningkat dari 7 persen menjadi 7,5 persen. "Upah buruh tani, upah buruh industri mengalami penurunan 3,5 persen triwulan ke triwulan," tutur Fadhil.

Tingkat kesenjangan antara golongan kaya dengan golongan miskin (gini rasio) pun semakin melebar pada 2015. Fadhil mengungkapkan, ketimpangan tersebut meningkat dari 0,41 persen menjadi 0,42 persen.

"Kami juga duga telah terjadi juga peningkatan ketimpangan dari 0,41 jadi 0,42 itu beberapa indikator tingkat kesejahteraan yang kita estimasi dan dikatakan memburuk dalam satu tahun," tandas dia. (Amd/Gdn)

Video Terkini