Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral China telah memangkas suku bunga acuannya 25 basis poin menjadi 4,6 persen. Menanggapi kebijakan itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo merespons-nya dengan positif.
Menurut Agus, dengan pemangkasan suku bunga tersebut akan meningkatkan gairah ekonomi China dalam waktu dekat. Dengan begitu akan berdampak juga pada penguatan mata uang mereka yaitu Yuan.
"Kita melihat keunikan pasar keuangan global terus kita waspadai, kita lihat policy rate (China) diturunkan akan terjadi penguatan Yuan, ini mengundang bahwa penurunan bunga di China akan menbantu pertumbuhan ekonominya menjadi lebih baik," papar Agus di Gedung DPR RI, Selasa (25/8/2015).
Saat ini pertumbuhan ekonomi China masih berada di kisaran 7 persen. Dengan pemangkasan suku bunga tersebut, diperkirakan Agus dapat memicu pertumbuhan ekonomi negara lebih baik di 2016.
Tidak hanya itu, peningkatan ekonomi di China dalam jangka panjang juga akan meningkatkan ekspor Indonesia ke China yang mayoritas ekspor berasal dari sektor komoditas.
"Jadi bagi Indonesia harapkan volume ekspor akan terjaga dan kita harpakan akan ada penyesuaian harga komoditas yang lebih baik," tegas Agus.
Seperti diketahui, China telah memangkas suku bunga acuan yang merupakan pertama kali sejak November 2014. Pemangkasan suku bunga ini dilakukan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu yang sudah melambat.
Tak hanya itu, Bank Sentra China juga memangkas Reserve Requirement Ratio (Rasio Cadangan Wajib) sebesar 50 basis poin sehingga perbankan setempat punya banyak dana untuk menyalurkan kredit. (Yas/Ndw)
China Pangkas Suku Bunga, Angin Segar Buat Ekonomi RI
Bank Sentral China telah memangkas suku bunga acuannya 25 basis poin menjadi 4,6 persen.
Advertisement