Sukses

China Pangkas Suku Bunga, Rupiah Bertahan di 14.100 per Dolar AS

Pada perdagangan pagi ini, rupiah semakin tergerus ke level 14.100 per dolar AS dikarenakan pemangkasan suku bunga di China.

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah belum mampu menguat pada perdagangan Rabu (26/8/2015). Langkah Bank Sentral China memangkas suku bunga acuan justru membuat nilai tukar rupiah semakin tenggelam. 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar berada pada kisaran level 14.100 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 10.30 WIB. Sejak pagi hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.085 per dolar AS hingga 14.110 per dolar AS.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tergerus 0,2 persen menjadi 14.102 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.062 per dolar AS.

People's Bank of China (Bank Sentral China) telah memotong suku bunga acuan untuk simpanan berjangka satu tahun sebesar 25 basis poin menjadi 4,6 persen. Selain itu, mereka juga mengurangi persyaratan rasio cadangan yang harus disiapkan oleh perbankan sebesar 50 basis poin ke level 18 persen. 

Analis pasar uang PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova mengatakan, pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral China berdampak negatif kepada rupiah. Pasalnya, kebijakan tersebut membuat nilai tukar yuan terhadap dolar AS melemah yang kemudian diikuti dengan mata uang negara-negara Asia lainnya termasuk rupiah. 


Langkah yang dilakukan oleh Bank Sentral China tersebut sebenarnya mempunyai dampak positif bagi perekonomian global. Dengan penurunan suku bunga tersebut diharapkan bisa mendorong perekonomian negara tersebut sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional juga. 

sementera itu, Bank sentral AS The Fed masih ragu manaikan suku bunganya. "Dari rilis notulen pertemuan bank sentral AS menunjukkan kalau The Federal Reserves belum yakin untuk menaikkan suku bunga sehingga kembali menimbulkan ketidakpastian," ujar Rully saat dihubungi Liputan6.com.

Di sisi lain, rupiah mendapat dukungan positif dikarenakan mulai direalisasikannya belanja modal Pemerintah. "Mulai direalisasikan belanja modal pemerintah" kata Rully.

Ia melanjutkan, harus ada sentimen positif dari dalam negeri untuk menahan rupiah tidak jatuh terlalu dalam. (Ilh/Gdn)