Sukses

Harga Minyak Naik Lebih dari 10%, Tertinggi Sejak 2009

Harga minyak meroket lebih dari 10 persen, atau kenaikan harian terbesar dalam lebih dari enam tahun.

Liputan6.com, New York - Harga minyak meroket lebih dari 10 persen, atau kenaikan harian terbesar dalam lebih dari enam tahun ditopang menguatnya pasar saham dan berita dari berkurangnya pasokan minyak mentah.

Sebelumnya, gertakan kembali dengan merosotnya pasokan minyak selama dua bulan telah menekan minyak mentah Amerika Serikat (AS) ke level terendah dalam 6,5 tahun yaitu menyentuh di bawah US$ 40 pada pekan ini.

Dilansir dari Reuters, Jumat (28/8/2015), harga minyak Brent untuk pengiriman Oktober meroket  US$ 4,42, atau naik 10,25 persen menjadi US$ 47,56 per barel. Angka ini merupakan lompatan harian terbesar sejak akhir 2008. Sedangkan pada hari Senin, kontrak minyak berada dititik terendah sejak Maret 2009 dengan bertengger di kisaran US$ 42,23 per barel.

Begitu pula harga minyak mentah AS ditutup naik US$ 3,96 atau 10,3 persen menjadi US$ 42,56 per barel, kenaikan harian terbesar sejak Maret 2009. Pada Senin, harga minyak berada di level terendah sejak Februari 2009 yaitu US$ 37,75 per barel.

Harga minyak naik karena penguatan pasar saham dunia di tengah harapan langkah-langkah pemerintah China untuk merangsang ekonomi.

Kenaikan harga minyak itu dibantu berita dari force majeure pada ekspor minyak Nigeria yang dinyatakan Shell dan adanya penarikan stok minyak lebih dalam pada minggu ini di Cushing, Oklahoma, kata para pedagang. Tak hanya itu, menguatnya pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II 2015 juga turut membantu.

Shell menyatakan force majeure pada ekspor minyak mentah Bonny Light pada hari Kamis menyusul penutupan pipa dengan kapasitas 180 ribu barel per hari (bph). Tapi gangguan ini kemungkinan hanya berdampak terbatas pada pasar dengan sekitar 10 juta barel barel minyak Bonnny Light masih belum terjual.

(Ndw/Gdn)