Liputan6.com, London - Harga emas mampu menguat pada perdagangan di pasar spot London, Inggris, pada Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Namun kemungkinan besar prospek dolar Amerika Serikat (AS) yang akan terus menguat dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di negara tersebut akan menekan harga emas beberapa pekan ke depan.
Mengutip Wall Street Journal, Sabtu (29/8/2015), reli saham AS dipicu oleh data ekonomi cerah menekan harga emas selama empat hari sebelumnya karena investor memiliki ekspektasi bahwa suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) akan lebih tinggi. Namun, pada perdagangan Jumat, harga emas mampu menguat tipis.
Di pasar Spot, harga emas naik 0,32 persen ke level US$ 1.126,2 per ounce pada perdagangan di Eropa. Namun memang, rentang harga di pasar tersebut tidak terlalu lebar.
Analis UBS AG, Joni Teves menjelaskan, harga emas bergerak cukup positif pada awal bulan ini karena pelaku pasar sedikit ragu-ragu akan rencana kenaikan suku bunga The Fed.
Namun, di awal pekan ini harga emas sedikit tertekan karena pelaku pasar menangkap pesan lain dari The Fed. Membaiknya data-data ekonomi di AS membuat estimasi kenaikan suku bunga bakal lebih jelas.
Ekonomi AS tumbuh 3,7 persen pada kuartal II 2015, atau lebih tinggi dari perkiraan 3,3 persen. Pasar saham AS menguat menanggapi data ekonomi AS, dengan indeks S&P 500 juga naik.
"Kenyataannya harga emas bisa bertahan di atas level US$ 1.100 per ounce menunjukkan bahwa pelaku pasar memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga acuan akan dilakukan pada Desember dan bukan pada September," tambah analis Phillip Futures, Howie Lee. (Gdn/Ahm)
Harga Emas Menguat Tipis ke US$ 1.126,2 per Ounce
Harga emas naik 0,32 persen ke level US$ 1.126,2 per ounce pada perdagangan di Eropa.
Advertisement