Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) harus kerja ekstra keras untuk memastikan penerimaan negara dari sektor hulu migas tetap aman meskipun harga minyak telah merosot tajam.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat SKK Migas Elan Biantoro mengatakan penurunan harga minyak harga minyak dunia yang biasa stabil di atas US$100 per barel lalu turun secara drastis hingga di bawah US$50.
Hal tersebut merupakan pukulan yang cukup keras bagi seluruh fungsi di industri hulu migas dan berdampak pula pada industri penunjang dan pemangku kepentingan lainnya. Namun, dia menambahkan, SKK Migas telah meminta pekerja industri hulu migas untuk tidak berpangku tangan menghadapi masalah ini.
Advertisement
“Saat ini industri hulu migas sudah menjalankan beberapa kebijakan efisiensi, misalnya menjalankan skenario operasi lapangan yang lebih sederhana dan kerja sama dalam penggunaan peralatan dan material antar kontraktor yang wilayah operasinya berdekatan,” ujar Elan di sela-sela acara diskusi bersama para blogger yang dilaksanakan di kantor SKK Migas, Jumat (28/8).
Dia menambahkan SKK Migas juga melakukan renegosiasi dengan para kontraktor minyak dan gas bumi supaya dapat meberikan fleksibilitas harga sehingga dapat menjaga keekonomian proyek yang sedang direncanakan.
Industri hulu migas saat ini menjadi penyumbang penerimaan negara kedua terbesar setelah pajak. Sektor ini menyumbang sekitar Rp 300 triliun setiap tahunnya. “Sektor ini seperti dapur, fungsinya memberi energi ke seluruh rumah yang bernama Indonesia,” ujar Elan.
Dia menambahkan, supaya “dapur” ini bisa tetap berfungsi, SKK Migas dan industri hulu migas memerlukan dukungan semua pihak. “Operasi hulu migas dipengaruhi oleh banyak faktor yang berada di luar domain kami, jadi dukungan semua pihak sangat diperlukan supaya sektor ini bisa terus membesarkan bangsa,” ujar Elan.
Baca Juga :
Minyak dan Gas Bumi: Dapur Negara
(Adv)