Liputan6.com, Jakarta - Beberapa Ekonom memprediksi inflasi Agustus 2015 akan meleset dari perkiraan Bank Indonesia (BI) yang sebesar 0,3 persen. Penyebabnya, mulai dari kenaikan harga bahan pangan, tahun ajaran baru sampai pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Ekonom Standard Chartered Bank, Eric Alexander Sugandhi meramalkan, laju inflasi bulan kedelapan akan bergerak pada angka 0,65 persen. Inflasi tahunan mengarah 7,5 persen dan inflasi inti diprediksi 4,7 persen.
"Inflasi memang lebih tinggi dari proyeksi Bank Indonesia (BI) yang 0,3 persen. Itu terjadi karena gangguan suplai pangan, daging sapi dan ayam. Serta dampak dari pelemahan rupiah ke industri dan konsumen," terang dia saat berbincang di Jakarta, Selasa (1/9/2015).
Senada dengan Eric, Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih mengungkapkan penyumbang inflasi tertinggi adalah persoalan bahan pangan dan bahkan momen tahun ajaran baru untuk perguruan tinggi.
"Bahan makanan, rupiah dan tahun ajaran baru untuk perguruan tinggi mengerek inflasi Agustus 2015 sebesar 0,55 persen atau 7,35 persen secara tahunan (YoY)," jelasnya.
Sementara proyeksi inflasi Agustus dari Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Damhuri Nasution lebih rendah dibanding kedua ekonom tersebut. Dia memprediksi inflasi Agustus sebesar 0,54 persen atau 7,34 persen YoY.
"Inflasi masih relatif tinggi karena harga beberapa kebutuhan pokok melambung, tahun ajaran baru dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, biasanya uang sekolah dan harga peralatan sekolah naik, kenaikan bea masuk impor serta depresiasi nilai tukar rupiah," kata Damhuri.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi pada Juli 2015 mencapai 0,93 persen. Angka ini sama dengan tingkat inflasi pada Juli 2014. Berdasarkan indeks harga konsumen (IHK), 80 kota tercatat mengalami inflasi dan 2 kota deflasi.
Kepala BPS, Suryamin, mengatakan bahwa inflasi paling tinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 3,18 persen dan terendah di Pematang Siantar 0,06 persen. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Merauke yaitu 0,65 persen. "Persis sama dengan Juli 2014," ujar dia.
Untuk laju inflasi year on year (Juni 2014-Juni 2015), tercatat mencapai 7,26 persen. Sedangkan berdasarkan tahun kalender sebesar 1,9 persen. Adapun inflasi komponen inti berada di posisi 0,34 persen dan inti tahun ke tahun sebesar 4,86 persen.
"Andilnya dari bahan makanan 2,02 persen, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 1,74 persen ‎dan makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,51 persen," tutur dia. (Fik/Gdn)
Harga Pangan dan Tahun Ajaran Baru Bakal Dorong Inflasi Agustus
Penyumbang inflasi tertinggi adalah bahan pangan dan momen tahun ajaran baru untuk perguruan tinggi.
Advertisement