Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi mencapai 0,39 persen pada Agustus 2015. Angka ini lebih rendah dari posisi Agustus 2014 di kisaran 0,47 persen. Kalau dibandingkan Juli 2015, angka inflasi Agustus juga lebih rendah dari posisi Juli 2015 di kisaran 0,93 persen.
Kepala BPS, Suryamin menuturkan inflasi tembus 7,18 persen secara tahun ke tahun (Year on Year). Kalau secara tahun kalender (year to date) tercatat 2,29 persen. Komponen inti pada Agustus 2015 tercatat 0,52 persen, sedangkan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun mencapai 4,92 persen.
"Inflasi Agustus ini terendah sejak 2010 bahkan 2007. Inflasi 0,76 persen pada 2010, 2011 sekitar 0,93 persen, 2012 sekitar 0,95 persen, 2013 sekitar 1,12 persen, dan pada 2014 0,47 persen. Sedangkan inflasi Agustus 2015 tercatat 0,39 persen," kata Suryamin.
Advertisement
Suryamin menuturkan, inflasi tercatat 0,39 persen pada Agustus 2015 itu disumbangkan dari inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 1,72 persen, bahan makanan sebesar 0,91 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,71 persen, dan komponen kesehatan 0,70 persen. Sedangkan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan minus 0,58 persen.
"Ada penurunan tarif angkutan udara, darat, laut, serta kereta api. Tadinya ada kenaikan tarif saat Lebaran karena ada arus mudik dan balik," kata Suryamin di kantor BPS, Selasa (1/9/2015).
Inflasi tercatat 0,39 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHSG) sebesar 121,73. Dari 82 kota IHK, tercatat 59 kota mengalami inflasi dan 23 kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan 2,29 persen dengan IHK 128,17, dan terendah di Sumenep, Kediri dan Probolinggo masing-masing 0,02 persen dengan IHK masing-masing 118,76, 119,65, dan 120,36.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Ambon 1,77 persen dengan IHK 119,95 dan terendah terjadi di Singkawang 0,01 persen dengan IHK 120,88.
Kepala Ekonom Standard Chartered Bank, Eric Alexander Sugandhi meramalkan, laju inflasi bulan kedelapan akan bergerak pada angka 0,65 persen. Inflasi tahunan mengarah 7,5 persen dan inflasi inti diprediksi 4,7 persen.
"Inflasi memang lebih tinggi dari proyeksi Bank Indonesia (BI) yang 0,3 persen. Itu terjadi karena gangguan suplai pangan, daging sapi dan ayam. Serta dampak dari pelemahan rupiah ke industri dan konsumen," terang dia saat berbincang di Jakarta.
Senada dengan Eric, Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih mengungkapkan penyumbang inflasi tertinggi adalah persoalan bahan pangan dan bahkan momen tahun ajaran baru untuk perguruan tinggi.
"Bahan makanan, rupiah dan tahun ajaran baru untuk perguruan tinggi mengerek inflasi Agustus 2015 sebesar 0,55 persen atau 7,35 persen secara tahunan (YoY)," ujar Lana. (Fik/Ahm)