Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa industri keuangan nasional cukup siap untuk menghadapi persaingan saat memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di akhir 2015 nanti. Khusus untuk sektor perbankan, keterbukaan MEA akan mulai berjalan pada 2020 nanti.
Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Kusumaningtuti Soetiono mengatakan, saat ini industri keuangan nasional seperti industri pasar modal, asuransi maupun pembiayaan sudah siap menghadapi MEA baik dari sisi sumber daya manusia (SDM) maupun sistem layanan.
Sedangkan bagi industri perbankan, dengan kurun waktu yang cukup lama pelaksanaannya, meskipun sudah siap saat ini namun masih memiliki kesempatan untuk memperbaikinya.
"Kalau khusus perbankan, kesepakatannya 2020, bukan 2015. Kalau pasar modal dan non-bank di akhir 2015. Jadi masih ada waktu," kata dia, Jakarta, Kamis (3/9/2015).
Kusumaningtuti menuturkan, perbankan saat ini pun telah melakukan pendalaman terhadap pasar ASEAN. "Perbankan dalam proses, ada namanya ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) sekarang menjalani proses itu," tuturnya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) pernah mengatakan Indonesia siap untuk menghadapi globalisasi tersebut. "Siapa bilang tidak siap, justru kita paling siap karena kita (negara) paling besar," kata JK.
Menghadapi globalisasi tersebut, JK menuturkan perlunya mempersiapkan tenaga kerja yang berkualitas. Jangan sampai tenaga kerja Indonesia kalah saing dengan tenaga kerja dari negara lain.
"Tenaga kerja kita harus lebih banyak, pintar, karena ini terjadi antara lain kebebasan bergerak barang, jasa, orang. Sehingga selama kualitas kita baik akan menambah keuntungan seperti itu," tutupnya. (Amd/Gdn)