Sukses

Rupiah Lebih Tangguh dari Ringgit, Ini Sebabnya

Kenapa pelemahan rupiah tak separah ringgit Malaysia?

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah sampai saat ini masih terus bergerak di kisaran angka 14.000 per dolar AS. Jika dihitung sepanjang 2015, nilai tukar rupiah sudah melemah 12-13 persen.

Namun demikian, jika dibandingkan dengan beberapa negara serumpun yaitu Malaysia, yang juga lebih mengandalkan sektor komoditas, rupiah terlihat lebih perkasa dibandingkan ringgit, Malaysia.

Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Anton Gunawan menungkapkan, ada satu hal utama yang menyebabkan pelemahan rupiah tak separah ringgit.

"Kita relatif lebih bagus ya, sekali lagi relatif ya. Cadangan devisa (cadev) kami masih di US$107 miliar, mereka sudah turun sampai US$ 87 miliar dari US$ 140 miliar," tegas Anton saat berbincang dengan Liputan6.com seperti yang ditulis, Sabtu (5/9/2015).

Dengan melihat rasio kecukupan cadev tersebut maka investor melihat kebijakan perimbangan pemerintah Indonesia lebih positif jika dibandingkan dengan Malaysia.

Selama ini Bank Indonesia lebih cenderung menyesuaikan nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya. Meski belakangan rupiah undervalue, namun intervensi Bank Indonesia yang tidak jor-joran lebih dipandang positif oleh investor.

"Jadi perimbangan antara intervensi dengan melihat posisi cadangan devisa kita, tidak ada angka sakral apa itu US$ 100 miliar atau berapa itu tidak ada," tegas Anton.

‎Sampai saat ini nilai tukar ringgit Malaysia sudah berada di angka 25 persen jika dibandingkan tahun lalu. Pelemahan ini menjadi yang terbesar di negara-negara kawasan.

Pelemahan tersebut tak lepas dari pengaruh dua sentimen global yaitu rencana kenaikan‎ suku bunga oleh The Fed dan devaluasi Yuan yang dilakukan pemerintah China.

Kondisi Malaysia diperparah dengan adanya krisis kepercayaan masyarakatnya terhadap Perdana Menteri Najib Razak yang diindikasikan melakukan korupsi Rp 9,3 triliun. Akibatnya, warga melakukan demi besar-besaran menuntuk Razak turun dari jabatannya sekarang.

Berbeda dengan Indonesia, secara fundamental Indonesia saat ini menunjukkan kinerja yang membaik, di mana neraca pembayaran mencatat surplus semakin besar dan rasio kecukupan modal perbankan di Indonesia juga sangat kuat. (Yas/Ndw)