Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah hingga menembus angka Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) memberikan dampak pada industri berbasis budaya Indonesia.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri Berbasis Budaya, Putri Kuswisnu Wardani mengatakan, bagi industri yang masih bergantung pada bahan baku impor seperti kosmetik dan kain, pelemahan nilai tukar rupiah ini mau tidak mau memberikan dampak.
"Dampak pelemahan nilai tukar kepada industri berbasis budaya pasti ada, karena ada sebagian bahan baku yang masih impor seperti pada industri kain tradisional benang, pewarna tekstil dan lain-lain," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (7/9/2015).
Untuk industri kosmetik, lanjut dia, jika sebagian besar bahan bakunya berasal dari impor, maka industri terpaksa menaikan harga jual produknya.
"Kalau kosmetik, masih ada sebagian unsur bahan baku impornya. Sehingga, mau tidak mau pelaku industri menaikkan harga jual produk-produknya," lanjut dia.
Menurut Putri, jika suatu produk memiliki merek yang sudah dikenal luas dan kualitas yang baik, maka kenaikan harga produk tidak terlalu berdampak pada omset. Namun sebaliknya, jika produk tersebut tidak punya merk yang kuat, maka konsumen akan mudah beralih ke produk lain.
"Bagi yang kuat branding dan kualitas barangnya baik menjadi lebih tidak rentan. Tapi kalau yang barangnya mudah tergantikan menjadi rentan penurunan omzet," jelas dia.
Sementara untuk industri jamu, Putri menyatakan, industri ini relatif tidak terkena dampak yang signifikan karena pelemahan rupiah. Pasalnya, bahan baku industri ini 100 persen berasal dari lokal.
"Kalau untuk sektor jamu 100 persen bahan baku lokal. Rata-rata di sektor industri ini bertahan saja mereka sudah cukup puas," tandasnya. (Dny/Ndw)
Harga Kosmestik Naik Gara-gara Rupiah Melemah
Rupiah yang menembus level 14.000 per dolar AS telah mendongkrak harga komestik. Apa penyebabnya?
Advertisement