Liputan6.com, Jakarta - Pengamat transportasi Darmaningtyas menilai pembangunan kereta cepat rute Jakarta-Bandung tidak efisien. Hal itu lantaran akan menambah ketimpangan infrastruktur antara Jawa dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia.
"Mimpi memiliki KA Cepat tidak perlu dipupus, mengingat wilayah Indonesia amat luas, bukan hanya Jawa saja, KA Cepat (HST) dapat dibangun di Pulau Sumatra atau Kalimantan," kata Darmaningtyas dalam keterangannya yang diterima Liputan6.com, Selasa (8/9/2015).
Ia menjelaskan, bila dibangun di Sumatra, lintasannya bisa dari Bakauheuni (Lampung) hingga Banda Aceh. Sedangkan bila di Kalimantan, bisa dibangun dari Balikpapan (Kalimantan Timur) hingga Pontianak (Kalimantan Barat). Keberadaan KA Cepat atau HST (High Speed Train) di Sumatra dan/atau Kalimantan dapat lebih bermanfaat dan mengurangi beban di Bandar Udara Soekarno Hatta.
Advertisement
Menurut Darmaningtyas, sampai saat ini karena buruknya layanan transportasi udara antar daerah, maka orang Aceh,Medan yang akan ke Padang,Palembang, dan Bandar Lampung atau sebaliknya, harus terbang ke Jakarta terlebih dulu. Demikian pula orang Balikpapan/Samarinda (Kalimantan Timur) akan pergi ke Pontianak (Kalimantan Barat) terpaksa harus ke Jakarta dulu baru bisa terbang ke Pontianak, dan sebaliknya. Akibatnya beban di Bandara Soekarno Hatta melebihi kapasitas karena menjadi hub penerbangan antar daerah.
"Seandainya akses transportasi antar daerah dalam satu pulau itu bagus, tidak perlu menjadikan Bandara Soekarno-Hatta sebagai hub-nya, sehingga beban traffic di Soekarno-Hatta pun berkurang," ujar Darmaningtyas.
Betul Pemerintah sekarang sedang meningkatkan pembangunan jaringan rel KA di Pulau Sumatra, sehingga mimpinya dari Lampung sampai Aceh dapat tersambung dengan KA. Namun menurut Darmaningtyas, seandainya HST dibangun di Sumatra, targetnya adalah memindahkan perjalanan lintas provinsi di dalam Sumatra yang selama ini ditempuh melalui Jakarta.
Sedangkan KA regular dipakai untuk angkutan barang dan sedikit angkutan penumpang agar angkutan barang tidak tertumpu di Lintas Sumatra yang beban pemeliharaan jalannya mencapai triliunan rupiah setiap tahun.
"Angkutan barang dapat dipindahkan ke KA yang lebih cepat dan langsung terhubung dengan Pelabuhan Bakaheuni menuju Jakarta," kata Darmaningtyas.
Pola yang sama dapat diterapkan di Kalimantan. KA Cepat, dapat dibangun di sana untuk melayani perjalanan lintas provinsi yang selama ini ditempuh dengan menggunakan Bandara Soekarno-Hatta sebagai hub, sedangkan KA yang rencananya akan dibangun oleh Pemerintah (baru dalam taraf studi) dapat dimanfaatkan untuk angkutan barang dan sebagian angkutan penumpang. Atau karena baru dalam taraf kajian, disarankan lebih baik dikaji sekalian jenis KA yang akan dibangun di Kalimantan itu HST, KA Sedang, atau KA regular dengan kecapatan rata-rata 100 km/jam.
Menegaskan kembali, Darmaningtyas mengatakan bila HST itu dibangun di Pulau Sumatra atau Kalimantan, secara otomatis akan mendorong pusat-pusat pertumbuhan baru di sekitar kawasan stasiun. Oleh karena itu, stasiun sebaiknya tidak ditempat di tengah ibu kota provinsi saja, tapi di titik-titik tertentu yang menurut hasil kajian mampu didorong menjadi pusat pertumbuhan baru.‎
Seperti diketahui, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno memastikan proyek pembangunan kereta cepat rute Jakarta-Bandung tetap akan berjalan. Hanya saja nantinya kereta tersebut masuk dalam kategori kereta dengan kecepatan sedang dikarenakan tidak bakal mencapai 350 kilometer per jam. (Yas/Ahm)