Liputan6.com, Singapura - Malaysia telah mendominasi pemberitaan beberapa bulan ini seiring skandal politik dan harga minyak melemah. Sentimen itu membuat mata uang Malaysia Ringgit paling tertekan di antara mata uang Asia. Namun lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's menilai aliran dana investor asing malah lebih mudah keluar di Indonesia ketimbang Malaysia.
"Kalau Malaysia memang bursa sahamnya lebih dalam di sana, hal itu lantaran ketergantungan aliran dana investor asing untuk korporasi dan bank cenderung kurang untuk mendanai pendanaan pertumbuhan mereka," ujar Direktur S&P Kyran Curry di Singapura, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (8/9/2015).
"Indonesia jauh lebih rentan terhadap perubahan arus dana keluar dan masuk investor asing. Kami khawatir cadangan devisa Indonesia," kata Curry.
Advertisement
Cadangan devisa Bank Indonesia (BI) telah jatuh hampir 9 persen dalam enam bulan yang berakhir pada Agustus. Curry juga merasa prihatin kalau otoritas moneter telah menghabiskan banyak dana untuk menstabilkan volatilitas mata uang Rupiah. Sebelumnya rupiah telah melemah 5,1 persen sejak akhir Juli. Angka ini memang kurang dari setengah pelemahan Ringgit sekitar 12 persen. Pelemahan mata uang ini dipicu dari devaluasi Yuan atau pelemahan mata uang China.
Selain itu, saham dan obligasi berdenominasi rupiah juga jatuh lebih cepat dari Malaysia dalam tiga bulan ini. Padahal sejumlah sentimen negatif telah memukul kondisi politik dan ekonomi Malaysia. Mulai dari harga minyak dunia jatuh sekitar 40 persen telah berdampak ke eksportir minyak termasuk Malaysia. Ditambah tuduhan korupsi terhadap Perdana Menteri Malaysia.
Dengan kondisi bursa saham Indonesia tertekan itu, pemerintah pun membeli kembali saham atau buyback saham dan obligasi. Seperti diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 17,71 persen secara year to date dari awal tahun hingga penutupan perdagangan Senin 7 September 2015 ke level 4.301,37. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) berada di kisaran 14.234 per dolar AS. Sepanjang 2015, aliran dana investor asing keluar dari pasar modal Indonesia mencapai Rp 7,57 triliun.
Arus Dana
"Pemerintah dan bank sentral telah melakukan sejumlah hal untuk mencoba dan memperdalam pasar modal Indonesia tetapi butuh waktu lama untuk berkembang," ujar Curry.
Ia menambahkan, pasar modal Indonesia jauh lebih besar dan dalam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah turun 16 persen dalam tiga bulan terakhir dibandingkan penurunan 9,3 persen di bursa saham Malaysia.
Aliran dana investor asing telah keluar dari bursa saham Indonesia mencapai US$ 467 juta sepanjang 2015. Pada 2014, aliran dana investor asing masuk ke pasar modal Indonesia mencapai US$ 3,8 miliar. Sedangkan aliran dana investor asing keluar dari Malaysia mencapai US$ 3,8 miliar pada 2015.
Untuk imbal hasil surat utang atau obligasi, Indonesia memiliki obligasi terpopuler di pasar berkembang Asia. Berdasarkan data Bloomberg, aliran dana investor asing di obligasi Indonesia mencapai hampir 38 persen, sedangkan Malaysia 32 persen. "Malaysia tidak pernah memiliki aliran dana besar kalau Indonesia selama beberapa tahun ini terus masuk," kata Curry.
Seperti diketahui, S&P menjadi satu-satunya lembaga perusahaan pemeringkat terbesar yang tidak masukkan Indonesia dalam peringkat invesment grade. Sedangkan peringkat Malaysia lebih tinggi di kisaran A- dengan prospek stabil. "Prospek Indonesia dapat berubah menjadi stabil dari positif jika ketidakseimbangan makro ekonomi muncul atau reformasi pemerintah berkurang," kata Curry. (Ahm/Igw)