Liputan6.com, Jakarta - Malaysia berminat untuk membeli prototype mobil listrik tipe sport, Selo Next Generation yang selama ini dikembangkan oleh Ricky Elson. Namun, Ricky, yang menjadi penciptanya mengaku belum memutuskan terkait pinangan Malaysia itu.
Sebenarnya, perlu atau tidak Indonesia mengembangkan mobil listrik? Selama ini mobil listrik yang dikembangkan anak bangsa nyata-nyatanya belum lulus uji emisi, atau yang berarti belum layak produksi.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengatakan, hal yang wajar jika Malaysia berminat meminang Rick Elson dan timnya. Itu dikarenakan, mereka tahu bahwa pengembangan mobil listrik itu tidak mudah, dan pemerintah Indonesia belum begitu penting untuk mendukung produksi mobil listrik itu.
"‎Kalaupun mau diambil Malaysia saya tidak terlalu cemas, karena Indonesia kalau mau kembangkan mobil listrik mungkin memang effort lebih besar. Nah, sekarang ini belum ada urgency bagi pemerintah," kata Fabby saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (10/9/2015).
Dia mengatakan, dengan mengambil enginer-enginer asal Indonesia, salah satu tujuan yang ia perkirakan adalah untuk mengejar ketertinggalan research mengenai mobil listrik tersebut terhadap Indonesia.
Untuk itu, dirinya berharap, pemerintah jangan mempengaruhi keputusan para pencipta mobil listik untuk terus mengembangkan karyanya, selagi pemerintah tidak memberi dukungan yang penuh terhadap para pencipta tersebut.
"Kalau mobil listrik mau di dorong di Indonesia ya harus benar-benar disiapkan infrastrukturnya, dan yang tidak kalah penting juga, siapkan regulasinya juga," tegasnya.
‎Seperti diketahui, kabar pencipta mobil listrik 'Selo', Ricky Elson dipinang Malaysia ditanggapi berbeda oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek), Muhammad Nasir. Dia mengungkapkan Malaysia hanya ingin menjajaki pengembangan mobil listrik di Tanah Air.
"Katanya dibilang mau dibeli Malaysia, tidak begitu. Dia hanya penjajakan melihat perkembangan riset mobil di Indonesia seperti apa, salah satunya yang dilakukan Ricky," kata Nasir.
Dia mengakui bahwa pengembangan teknologi mobil listrik di Malaysia tertinggal jauh dari Indonesia. Sayangnya, Nasir memprediksi, walaupun ke depan Malaysia fokus pada pengembangan mobil bertenaga listrik, pasarnya belum mendukung sampai 5 tahun mendatang.
"Iya mereka mau belajar, karena jauh tertinggal dari kita. Kita jauh lebih tinggi dalam penggunaan mobil listrik. Sedangkan pasarnya sampai 5 tahun ke depan belum potensial," terang Nasir.
Nasir menuturkan, saat ini prioritas pemerintah bukan pada mobil listrik, melainkan pada sektor energi dan kemaritiman. "Kita membuat skala prioritas, nah mobil listrik belum jadi prioritas negara. Tapi riset untuk mobil listrik tetap jalan terus," paparnya.‎ (Yas/Gdn)
Bersaing dengan Malaysia, Perlukah Mobil Listrik Bagi Indonesia?
Malaysia mengambil tenaga ahli dari Indonesia untuk mengembangkan teknologi mobil listrik.
Advertisement