Sukses

Proyeksi Goldman Sachs Bikin Harga Minyak Turun Turun 2,8%

Harga minyak melemah 2,8 persen menjadi US$ 44,63 per barel seiring peringatan Goldman Sachs kalau harga minyak dapat tembus US$ 20.

Liputan6.com, New York - Harga minyak kembali tertekan di bawah US$ 45 per barel menjelang akhir pekan sehingga mendorong harga minyak alami penurunan mingguan mencapai 3 persen.

Tekanan itu didorong dari Goldman Sachs memangkas proyeksi harga minyak. Ditambah peringatan kelebihan pasokan minyak dapat mendorong harga minyak dekati US$ 20 per barel.Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober 2015 turun US$ 1,29 atau 2,8 persen menjadi US$ 44,63 per barel di New York Mercantile Exchange. Penurunan itu membuat harga minyak jatuh 3,1 persen selama sepekan.

Sementara itu, harga minyak Brent melemah 75 sen atau 1,5 persen menjadi US$ 48,14 per barel. Harga minyak tersebut telah susut 3 persen pada pekan ini. Anggota Tyche Capital Advisors, Tariq Zahir mengatakan, catatan Goldman Sachs telah menjadi sentimen untama mendorong penurunan harga minyak.

Dalam catatan Goldman Sachs, pasokan minyak berlebih di pasar bahkan lebih besar dari yang diharapkan dapat mendorong harga Brent dekati US$ 20 per barel.Para analis juga memangkas target harga minyak brent menjadi US$ 49,50 per barel dari US$ 62 per barel pada 2016. Akan tetapi, tekanan harga minyak kemungkinan terjadi dalam 6-9 bulan.

Hal itu lantaran produksi AS jatuh cukup untuk memulai menyeimbangkan pasar.Sementara itu, aktivitas kilang minyak AS kemungkinan tutup lantaran untuk pemeliharaan musiman. Zahir mengatakan, laporan dari Administrasi Informasi Energi menunjukkan ada penurunan signifikan dalam pemanfaatan kilang minyak.

Sentimen negatif lain juga berasal dari Arab Saudi tidak kembali memegang pertemuan darurat organisasi negara pengekspor minyak yang bertujuan untuk menghentikan produksi.Akan tetapi tak semua kabar itu suram untuk harga minyak jelang akhir pekan ini. Badan Energi Internasional mengatakan, harga minyak melemah dapat memaksa Amerika Serikat (AS) dan produsen minyak yang tak masuk OPEC tapa mengurangi produksinya untuk tahun depan. Namun hal itu juga dapat memicu negara OPEC meningkatkan produksi minyak. (Ahm/Igw)

Video Terkini