Liputan6.com, Jakarta - Kegigihan Wali Kota Surabaya, Jawa Timur Tri Rismaharini dalam menata sampah telah membuahkan hasil dan bermanfaat bagi warganya. Surabaya kini menjadi penghasil sayuran. Bahkan petani sayuran di Surabaya sudah banyak yang sukses dan membeli mobil sendiri.
Risma, panggilan akrabnya bercerita, seperti kota besar lainnya Surabaya memiliki persoalan sampah. Namun, Risma yang saat itu menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan Surabaya berjuang memerangi sampah dengan mengolanya agar memberikan manfaat.
Baca Juga
"Saya ajak masyarakat saya teliti satu kampung sudah mengolah sampah, ternyata sampah turun," kata Risma, dalam sebuah diskusi Pemanfaatan Sampah Perkotaan Sebagai Sumber Energi, di Jakarta, Selasa (15/9/2015).
Advertisement
Pemanfaatan tersebut dengan mengubah sampah menjadi pupuk kompos, yang kemudian berhasil dimanfaatkan untuk pertanian perkotaan (urban farming).
"Saya titipi bibit sayuran pupuk dari sampah mereka sendiri, mereka ada program urban farming, saya tidak mengira Surabaya bisa ditanami kubis salada keriting, hotel Surabaya (dipasok) dari kami semua," tuturnya.
Hasil pertanian Surabaya yang dipupuki sampah atau kompos tadi menjadi sayuran organik, jenis sayuran ini adalah sayuran yang cukup mahal.
"Jadi saya arahkan pertanian kami organik karena jual padi satu kg Rp 8.000, tapi organik harga padi kami Rp 14.000, kami sudah berhasil menghasilkan beras merah beras hitam," paparnya.
Ia menambahkan, Surabaya juga menjadi penghasil cabe, yang telah memasok Pasar Induk Tangerang dan Palembang. Yang mengejutkan, banyak petani yang punya penghasilan lebih.
"Cabe Surabaya (produksi) 40-60 ton cabe, sekarang harga cabe Rp 60-70 ribu petani saya tiap minggu ada yang beli mobil. Lahannya luas dipinggiran surbaya kami suplay sendiri 10 persen kebutuhan surbaya. Inflasi sayuran Surabaya turun," kisahnya. (Pew/Zul)