Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) kembali mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan untuk menyesuaikan kebijakan dengan kondisi ekonomi Indonesia terkini.
Dalam RDG September ini, para pengamat ekonomi memperkirakan Agus Martowardojo selaku Gubernur Bank Indonesia akan memutuskan mempertahankan suku bunga acuannya (BI Rate) di level 7,5 persen.
Chief Economist and Director for Investor Relation PT Bahana TCW Investment, Budi Hikmat mengatakan, BI akan mempertahankan suku bunga karena angka tersebut dinilai pas untuk saat ini.
"Pastinya dipertahankan, nanti akan turun setelah The Fed naikin bunga," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (17/9/2015).
Dikatakan Budi, sebenanrya saat ini ada faktor yang mendukung BI rate dapat diturunkan karena tingkat pertumbuhan kredit di perbankan yang sudah melambat akibat perlambatan ekonomi Indonesia. Namun dirinya lebih meyakini BI memiliki pertimbangan lain sehingga lebih cenderung akan mempertahankan BI rate.
Hal serupa juga diungkapkan oleh ekonom asal Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono. Dia menganggap masih terlalu riskan BI rate diubah dari posisi saat ini.
"Saya pikir tetap 7,5 persen, jika BI rate dinaikkan untuk membantu rupiah agar menguat, hal tersebut akan merepotkan bank-bank dalam penyaluran kredit," terang dia.
Dengan semakin susahnya perbankan dalam menyalurkan kredit tersebut nantinya juga akan memicu naiknya angka kredit bermasalah (NPL) pada perbankan. Tony memperkirakan dengan kondisi saat ini saja, NPL hingga akhir tahun bisa menyentuh angka 3 persen.
"Jadi, BI tidak ada pilihan, tetap mempertahankan BI rate pada level sekarang 7,5 persen," tutur dia.
Pada RDG sebelumnya, BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di level 7,5 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.
"Keputusan tersebut sejalan dengan upaya untuk menjaga agar inflasi berada pada kisaran sasaran inflasi plus minus 4 persen di 2015 dan 2016, " Jelas Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo.
Bauran kebijakan Bank Indonesia secara konsisten tetap diarahkan pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi, di tengah berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global, serta menjaga pertumbuhan ekonomi melalui implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif.
"Fokus kebijakan BI dalam jangka pendek akan diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidaksabilan ekonomi Global," lanjut Mantan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk tersebut. (Yas/Gdn)
Bank Indonesia Diperkirakan Kembali Pertahankan Suku Bunga
Masih terlalu riskan jika Bank Indonesia mengubah level BI rate dari posisi saat ini yang ada di angka 7,5 persen.
Advertisement