Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan bila bank sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserve menaikkan suku bunga maka dapat memberikan kepastian di pasar keuangan dan modal.
Darmin menilai, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipicu dari spekulasi kenaikan suku bunga The Federal Reserve. Hal itu membuat dolar AS cenderung menguat terhadap sejumlah mata uang negara lain termasuk Indonesia. Kalau ada kepastian kenaikan suku bunga AS dapat berdampak positif ke Indonesia.
Baca Juga
"Nilai tukar rupiah sudah terlalu tinggi dari fundamentalnya karena spekulasi menunggu ini (suku bunga AS). Buat Indonesia sebenarnya lebih baik lakukan, supaya selesai spekulasinya," kata Darmin, Kamis (17/9/2015).
Advertisement
Ia mengakui, kalau kenaikan suku bunga AS dapat memicu aliran dana investor asing keluar dari Indonesia. Akan tetapi, aliran dana keluar tidak akan besar. Di pasar modal Indonesia saja, aliran dana investor asing yang sudah keluar mencapai Rp 9,4 triliun pada 2015.
"Jadi jangan dianggap ini momok karena orang sudah memprediksi ini sejak sebulan dan dua bulan," tutur Darmin.
Lebih lanjut ia mengatakan, kenaikan suku bunga AS memang tidak dapat dibilang positif ke Indonesia. Akan tetapi, kenaikan suku bunga AS akan membuat penyesuaian ke pasar keuangan sehingga spekulasi pun mereda.
Hal itu akan berdampak ke nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) telah melemah sekitar 15,85 persen dari Rp 12.474 per dolar AS pada 2 Januari 2015 menjadi Rp 14.452 per dolar AS pada 17 September 2015.
"Tekanan spekukasi jadinya mereda sehingga nilai tukar rupiah kita bergerak ke fundamentalnya," ujar Darmin.
Seperti diketahui, The Federal Reserve melakukan pertemuan pada 16-17 September 2015. Pertemuan ini ditunggu oleh pelaku pasar untuk mendapatkan kepastian soal suku bunga AS. (Luqman R/Ahm)