Sukses

Pemerintah dan BI Kompak Ajukan Revisi Asumsi Makro Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi ditargetkan mencapai 5,2 persen-5,6 persen pada RAPBN 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) kompak merevisi asumsi makro ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi dan kurs rupiah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016. Usulan perubahan asumsi tersebut masih harus mendapat persetujuan dari DPR.

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah tetap mematok inflasi sebesar 4,7 persen dan SPN 3 bulan 5,5 persen di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global.

"Kondisi ekonomi tahun depan akan lebih baik dibanding 2015, ketidakpastian berkurang karena The Fed sudah menaikkan tingkat suku bunga dan kebijakan negara lain. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga mempengaruhi ekonomi kita," ujar dia usai Raker RAPBN 2016 di Gedung DPR, Jakarta, yang ditulis Selasa (22/9/2015).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia, sambungnya, akan didorong penguatan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan pemulihan ekonomi Eropa meski terjadi perkiraan penurunan pertumbuhan Tiongkok pada tahun depan sebesar 6,3 persen dari perkiraan 6,8 persen di tahun ini.

Dia mengatakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga di tahun depan diprediksi 5 persen atau tidak berbeda jauh dengan tahun ini. Harapan bertumpu pada pengeluaran pemerintah yang dianggarkan lebih besar dibanding 2015 terutama pada belanja infrastruktur. Bambang bilang, kebijakan deregulasi diharapkan bisa membuat iklim investasi membaik di tahun depan.

"Sehingga kami mengajukan asumsi pertumbuhan ekonomi 5,3 persen di 2016 atau lebih rendah dari asumsi sebelumnya 5,5 persen. Ini lebih realistis tanpa meninggalkan optimisme," ujar Bambang.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo mengajukan asumsi pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,2 persen-5,6 persen pada tahun depan atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 5,5 persen-6 persen.

"Jadi kalau pemerintah memasang target 5,3 persen, maka ini angka yang sangat nyaman karena masih dalam range perkiraan BI," ujar dia.

Sementara untuk kurs rupiah, lanjutnya, BI mengusulkan asumsi di kisaran Rp 13.700-Rp 13.900 per dolar AS. Perkiraan nilai tukar rupiah ini sudah mempertimbangkan target pertumbuhan ekonomi tahun depan 5,3 persen dengan kinerja impor akan menurun.

Dia menuturkan, kondisi kuartal I 2016 diperkirakan rupiah masih tertekan di level Rp 14.000 per dolar AS. Tapi akan ada penguatan di kuartal II-IV dengan kisaran Rp 13.700-Rp 13.900 per dolar AS.

"Karena melihat rupiah undervalue dan overshoot karena sentimen modal terbatas, sudden reversal di pasar modal, banyak pembelian valas dan eksporti enggan melepas dolar. Beraca pembayaran Indonesia di kuartal II 2016 diprediksi masih negatif dan akan positif di kuartal III dan IV tahun depan," papar dia. (Fik/Ahm)