Sukses

4 Tantangan Pemanfaatan Gas Bumi di Indonesia

Keekonomian dan ketersediaan infrastruktur adalah kata kunci untuk pemanfaatan dan pengembangan proyek gas bumi.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia memiliki cadangan gas bumi yang cukup besar dan berpotensi dapat memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor. Potensi gas yang dimiliki Indonesia masih dapat dieksploitasi guna memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan pembangkit listrik.

Terlepas dari potensi yang menjanjikan tersebut, pemanfaatan gas sesungguhnya lebih menantang dari pemanfaatan minyak bumi. Berikut 4 tantangan pemanfaatan Gas Bumi di Indonesia:

1. Butuh Teknologi

Temuan cadangan gas baru umumnya berlokasi di wilayah timur Indonesia (Blok Masela di Laut Arafura; Blok Muara Bakau dan Proyek Indonesia
Deep Water Development (IDD) di Selat Makassar). Kegiatan eksplorasi dan produksi gas pada wilayah ini lebih sulit. Butuh teknologi yang lebih canggih.

2. Investasi yang Besar

Pemenuhan teknologi yang canggih untuk eksploitasi memberikan konsekuensi. Pengembangan gas membutuhkan investasi yang sangat besar, sehingga investor akan sangat berhati-hati dalam mengkalkulasi. Aspek keekonomian pengembangan lapangan pun menjadi perhatian ketika memanfaatkan
gas, terutama saat penentuan harga.

3. Infrastruktur Penampung Gas Bumi

Karakteristik gas bumi membuat proses pemanfaatannya lebih kompleks ketimbang minyak bumi. Dengan bentuk yang cair, minyak mudah ditampung
dan diangkut. Gas tidak bisa ditampung, sehingga begitu keluar dari dalam bumi harus segera dimanfaatkan. Oleh karena itu, pengembangan lapangan gas baru dapat dilaksanakan setelah mendapat kepastian pembeli.

Apabila pembelinya berlokasi jauh dari lapangan produksi gas, dan tidak memungkinkan dibangun pipa, alternatifnya dibangun fasilitas gas alam cair atau dikenal dengan liquefied natural gas (LNG). Dengan teknologi ini, gas terlebih dahulu dicairkan menjadi LNG, baru kemudian diangkut dengan kapal khusus pengangkut LNG. Saat sampai di daerah tujuan, gas cair kembali diubah menjadi gas sebelum dimanfaatkan oleh pengguna akhir.

Dengan gambaran ini, bisa dipahami bahwa gas yang ditemukan di Papua tidak bisa serta merta diangkut untuk memenuhi kebutuhan industri di Sumatera dan Jawa. Perlu infrastruktur untuk mengubah gas itu menjadi LNG sehingga bisa diangkut.

4. Minimnya Jaringan Gas Bumi

Saat ini, jaringan pipa distribusi gas masih minim. Alhasil, ketika ada daerah yang surplus produksi gas, tidak dapat dikirimkan ke daerah yang kekurangan gas. Contoh konkret, produksi gas di Jawa Timur lebih besar dari kebutuhannya. Kelebihan pasokan ini tidak dapat dikirimkan ke Jawa Barat yang kebutuhan gas tinggi karena belum ada jaringan pipa yang menghubungkan kedua wilayah ini.

Cadangan gas Indonesia cukup berlimpah. Namun, apabila keekonomian tidak terpenuhi dan infrastruktur tidak tersedia, cadangan tersebut tetap tidak akan bisa dimanfaatkan baik untuk menghasilkan penerimaan negara maupun memasok energi domestik.

Semua pemangku kepentingan perlu turut memperhatikan dua aspek ini sehingga potensi besar gas bumi dapat benar-benar dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.

Baca Juga :

Mengawal Pelaksanaan Komitmen Eksplorasi
Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi Demi Generasi Mendatang
Kontrak Bisnis Migas, Negara Ibarat Pemilik Sawah
Peran SKK Migas Dalam Mengelola Minyak dan Gas Bumi
Begini Cara Negara Kelola Industri Hulu Migas Kita

(Adv/GR)