Liputan6.com, Surabaya - Akses jalan menuju Terminal Pelabuhan Teluk Lamong, Surabaya mulai dibangun. Peresmian pembangunan jalan tersebut dilakukan oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini bersama dengan Pelindo III dan beberapa stakeholder serta Sinarmas Land dan PT Margabumi Matraraya,
Walikota yang akrab disapa Risma itu menilai pembangunan akses jalan tersebut penting, karena banyak negara-negara yang ingin membongkar muat kontainer di Indonesia, lewat Surabaya.
Baca Juga
"Mereka ingin Surabaya siap, agar tidak perlu transit ke Singapura. Untuk mengefisienkan biaya pengiriman," tutur Risma kepada wartawan, Jumat (25/9/2015).
Advertisement
Risma menambahkan akses ini bakal terhubung dengan Jalan Lingkar Luar Barat, dan Tol Surabaya-Gresik. Dengan begitu, beban angkutan barang dapat tereduksi hingga 80 persen dan angkutan orang bisa turun setidaknya 50 persen.
"Kini China Shipping Container Lines sudah rutin langsung berlayar (direct call) ke Terminal Teluk Lamong dalam rute baru yang tidak melalui Singapura. Beberapa pelayaran dari negara lain juga sudah mulai menjajaki untuk melakukan hal serupa," tandas Risma.
Sementara itu, Direktur Teknik dan Teknologi Informasi Pelindo III Husein Latief menegaskan, akses ini juga bakal dilengkapi dengan flyover atau jembatan layang. Dengan pembangunan flyover maka Terminal Teluk Lamong sebagai multipurpose terminal yang penting akan mudah diakses melalui Jalan Lingkar Luar Barat yang menghubungkan Surabaya utara dan selatan.
"Selain itu juga mudah dijangkau melalui Tol Surabaya-Gresik," jelas Husein Latief.
Husein menambahkan, dalam pengembangannya, Terminal Teluk Lamong yang merupakan green port pertama di Indonesia akan memiliki konektivitas yang multi moda.
Alternatif pertama ialah melalui jalan existing, yakni Jalan Tambak Osowilangon. Kedua, melalui flyover tersebut yang akan dibangun dengan melibatkan pengelola jalan tol, PT Marga Bumi Matra Raya dan pengembang PT Mitra Karya Multiguna (Sinarmas Land).
"Dan yang ketiga menggunakan moda transportasi kereta api yang akan masuk ke Terminal Teluk Lamong dan keempat, melalui monorel peti kemas yang akan menghubungkan ke beberapa depo peti kemas hingga terminal-terminal lain di Pelabuhan Tanjung Perak," imbuh Husein.
Husein juga menyatakan bahwa dengan dukungan pemerintah pada pengembangan aksesibilitas darat, Terminal Teluk Lamong sangat penting serta dapat dilihat komunitas dunia usaha sebagai komitmen dan itikad baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
"Hal ini sangat beralasan karena Surabaya sebagai hinterland dari Pelabuhan Tanjung Perak, memiliki potensi pengoptimalan pola ruang untuk pemanfaatan lahan serta pengelolaan kawasan industri yakni pusat pergudangan Margomulyo-Osowilangon," lanjut Husein.
Dia mengatakan, berbagai infrastruktur disiapkan sebagai bagian dari rencana yang disebut sebagai "Surabaya City Logistic System". Selain itu Surabaya juga memiliki potensi pengembangan Water Front City dengan fungsi mix used antara kegiatan perdagangan jasa dan pemukiman tepi pantai modern.
"Nuansa sinergi terasa karena kerja bersama antara Pemerintah Kota Surabaya dan Pelindo III tersebut sejalan dengan Nawacita ke-7, yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik," tegas Husein.
Terminal Teluk Lamong merupakan multipurpose terminal di Pelabuhan Tanjung Perak yang diperuntukkan untuk bongkar muat peti kemas domestik dan internasional, serta curah bahan makanan dan pakan ternak (food and feed grain).
Tidak hanya mengusung konsep ramah lingkungan dengan peralatan yang bersumber tenaga listrik, berbagai fasilitas bongkar muat modern di terminal tersebut juga beroperasi secara semi-otomatis.
"Terminal Teluk Lamong pada tahap pertama pembangunan ini memiliki kapasitas 500 ribu TEUs peti kemas domestik dan 1 juta TEUs peti kemas internasional. Untuk curah kering berkapasitas hingga 5 juta ton, dan besarnya arus logistik terminal tersebut menjadi dasar kebutuhan akan aksesibilitas dan konektivitas yang mengakomodir efisiensi biaya logistik," pungkas Husein. (Dian Kurniawan/Zul)