Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai berlaku pada akhir tahun ini. Lalu lintas perdagangan dan investasi di kawasan ini bakal lebih terbuka sehingga memunculkan tantangan dan peluang.
Menteri Perindustrian, Saleh Husin mengatakan, pemberlakukan MEA 2015 bertujuan untuk menciptakan kawasan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi. Di sini akan terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal, serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN.
Baca Juga
Pemerintah pun mendorong masyarakat terutama generasi muda untuk melihat MEA sebagai peluang dan momentum untuk memacu diri. "Untuk MEA, Indonesia berpeluang meningkatkan diri sebagai negara pengekspor dan akses keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah," ujar Saleh dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (26/9/2015).
Advertisement
Dia menjelaskan, nilai ekspor industri Indonesia sampai Juli 2015 ke negara ASEAN dengan ditambah Jepang dan Tiongkok telah mencapai 46,75 persen. Sedangkan untuk negara lainnya mencapai 53,25 persen dari total ekspor.
Di sisi lain, pemberlauan MEA 2015 juga akan menjadi tantangan, mengingat penduduk Indonesia yang sangat besar. Hal ini tentunya akan menjadi tujuan pasar bagi produk-produk Negara ASEAN lainnya.
"Kita tidak menutup mata karena ini riil. Tapi ingat, kita perlu menggunakan sudut pandang yang luas dan timbal balik. Artinya, MEA memang membuka pintu bagi mengalirnya produk Thailand, Malaysia, Vietnam ke Indonesia, tapi produk kita juga sama-sama leluasanya dipasarkan ke sana," lanjutnya.
Meski demikian, dengan berlakunya MEA, para pelaku industri kreatif berpeluang mendulang keuntungan dari makin terbukanya pasar ASEAN. Apalagi generasi muda di dalam negeri terkenal dengan kreativitas dan kemampuan menciptakan produk-produk baru berbasis budaya lokal.
"Penguasaan teknologi informasi juga menjadi peluang berusaha dan berkarier saat ini. Siapa yang punya passion di teknologi informasi saat ini? Ya generasi muda termasuk mahasiswa-mahasiswa," kata Saleh.
Penguatan daya saing dan penerimaan produk domestik juga menjadi isu utama menghadapi MEA. Untuk itu, langkah konkretnya adalah meningkatkan penggunaan produk-produk yang telah bisa dibuat di dalam negeri.
Sementara itu, sebagai langkah untuk menghadapi MEA dan wujud dukungan serta pengembangan industri kecil dan menengah, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) saat ini tengah fokus melaksanakan Program Penumbuhan dan Pengembangan Kewirausahaan.
Hal ini antara lain melalui, penumbuhan wirausaha industri di daerah tertinggal dan daerah potensial, wirausaha industri melalui program TPL Beasiswa dan melalui kerjasama dengan lembaga pendidikan.
Terkait paket stimulus kebijakan ekonomi yang merupakan deregulasi yang mempermudah kegiatan usaha skala kecil, menengah hingga besar, Saleh menegaskan pemerintah juga berharap momentum ini dapat dimanfaatkan pelaku usaha muda untuk mengembangkan usaha.
"Semangat pemerintah dalam paket stimulus ini adalah melapangkan jalan bagi usahawan-usahawan baru dan juga memastikan aktivitas ekonomi yang telah ada tetap berjalan," tutur Saleh.
Sekadar informasi, pertumbuhan industri non migas pada triwulan II 2015 sebesar 5,27 persen. Pertumbuhan industri non migas tersebut lebih besar dari pertumbuhan ekonomi triwulan II 2015 yaitu sebesar 4,67 persen.Total neraca perdagangan adalah surplus sebesar US$ 0,23 miliar sedangkan pada periode yang sama tahun lalu defisit sebesar US$ 3,13 miliar.
Di sisi lain, nilai total investasi yang masuk pada triwulan II 2015 mencapai US$ 5,07 miliar. Berdasarkan data BKPM, total PMA pada triwulan II 2015 mencapai US$ 7.372,6 juta dimana 47,42 persen berasal dari negara ASEAN atau sebesar US$ 3.497 juta. (Dny/Ahm)