Sukses

DPR Minta Pemerintah Buat Kebijakan Penguat Rupiah

Menurut Ghazali, caranya adalah pemerintah harus memperbaiki dan membuat kebijakan yang dapat menguatkan rupiah kembali

Liputan6.com, Jakarta - Anggota DPR Ghazali Abas Adan meminta pemerintah membuat kebijakan agar rupiah tidak terus loyo terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ghazali meminta pemerintah tak selalu menyalahkan faktor eksternal.

"Masalah rupiah kita yang sempoyongan ini pemerintah harus punya sikap, jangan berdalih terus karena faktor luar," kata Ghazali, dalam sebuah diskusi, di Kawasan Cikini, Jakarta, Minggu (27/9/2015).

Menurut Ghazali, caranya adalah pemerintah harus memperbaiki dan membuat kebijakan yang dapat menguatkan rupiah kembali, sehingga kondisi perekonomian dalam negeri bisa stabil.

"Policy kita harus tegas agar rupiah kita tetap kuat," tegasnya.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengungkapkan ada dua penyebab gejolak di nilai tukar rupiah saat ini.

Faktor pertama adalah faktor eksternal. Penyebabnya diawali oleh Amerika Serikat yang menggelontorkan dolar ketika perekonomiannya sedang turun pada 2008. Kini karena perekonomian AS sudah mengalami penguatan, maka mereka berencana untuk menaikan tingkat suku bunganya dan menarik dolar AS. Hal tersebut mengkawatirkan negara lain termasuk Indonesia.

Selain itu, China juga sedang menjalankan kebijakan pemangkasan nilai mata uang karena sedang terjadi perlambatan ekonomi. Dengan pemangkasan nilai mata uang atau devaluasi tersebut diharapkan produk ekspor China bisa dijual murah sehingga bersaing dengan produk dari negara lain. Dengan langkah itu diharapkan industri di negeri Tirai Bambu tersebut bisa kembali berjalan maksimal.

Menurut Agus, kedua hal tersebut berdampak ke Indonesia dengan melemahnya nilai tukar rupiah.

"Kondisi bisnis tidak baik, mau tak mau ekspor turun. Harga komoditi 3 tahun terakhir umumnya sumber daya alam secara kuartal per kuartal terus turun berdampak pada kinerja perekonomian Indonesia," kata Agus beberapa waktu lalu. (Pew/Zul)

Video Terkini