Sukses

Hadapi Rupiah Loyo, Pemerintah Sibuk Gelar Rapat Bahas Ekspor

Menteri Perindustrian, Saleh Husin menuturkan pemerintah berupaya menggenjot volume ekspor dengan diversifikasi pasar luar negeri.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengakui industri nasional tengah diguncang masalah seperti ekonomi melambat dan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dampaknya begitu terasa bagi dunia usaha yang bergantung pada bahan baku impor.

Menteri Perindustrian (Menperin), Saleh Husin mengungkapkan, ada sejumlah industri yang terkena imbas pelemahan kurs rupiah, di antaranya industri garmen, tekstil dan sebagainya. Hanya saja, dampak tidak signifikan terjadi pada industri yang berorientasi ekspor meski bahan baku dari impor.

"Pengaruhnya ada terutama yang menggunakan bahan baku impor dengan nilai valuta asing (valas) tinggi. Apalagi kalau pasarnya domestik, mau tidak mau penghasilannya dalam rupiah. Tapi kalau pasarnya ekspor, tidak terlalu masalah," terang dia saat ditemui di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (28/9/2015).

Saleh mengakui pasar ekspor cenderung menurun akibat perlambatan ekonomi di negara maju dan berkembang. Sehingga pemerintah perlu berupaya menggenjot volume maupun nilai ekspor ke beberapa negara non tradisional sebagai langkah mendiversifikasi pasar luar negeri.

Komitmen tersebut difokuskan dengan menggelar rapat koordinasi (rakor) antar menteri pada pukul 10.00 WIB. Rapat tersebut dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan dihadiri Menteri Perindustrian Saleh Husin serta Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan.

"Meningkatkan ekspor salah satunya melakukan efisiensi dan permesinan di industri tekstil, garmen, sepatu dan lainnya. Juga ketersediaan bahan baku dan meningkatkan daya saing produk ekspor lewat insentif Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP)," papar Saleh. (Fik/Ahm)