Liputan6.com, New York - Harga minyak jatuh hampir tiga persen di awal pekan ini dipicu dari bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah lantaran kekhawatiran ekonomi China. Meski demikian, pasokan minyak mentah AS diperkirakan menurun sehingga sedikit memberi angin segar untuk harga minyak.
Harga minyak Brent turun US$ 1,26 atau sekitar 2,6 persen menjadi US$ 47,34 per barel. Diikuti harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) atau West Texas Intermediate melemah US$ 1,27 atau 2,8 persen menjadi US$ 44,43.
Baca Juga
Pelemahan harga minyak ini dipicu dari bursa saham AS. Indeks saham S&P 500 jatuh 2,2 persen setelah menyentuh level terendah dalam satu bulan. Indeks saham acuan AS dan dolar bergejolak setelah pelaku pasar menunggu kapan bank sentral AS atau The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga. Spekulasi ini pun berdampak terhadap harga minyak.
Advertisement
Rilis data ekonomi terutama belanja konsumen AS pada Agustus menguat telah membuat spekulasi kenaikan suku bunga bank sentral AS terjadi pada Oktober."Risiko terhadap harga minyak terus berlangsung. Saat ini masih dibayangi sentimen negatif," ujar Matt Smith, Direktur ClipperData, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (22/9/2015).
Sentimen lainnya juga datang dari China. Negara konsumen komoditas terbesar di dunia mencatatkan keuntungan industri perusahaan turun dalam tingkat tercepat selama empat tahun sehingga memicu kekhawatiran baru. Di sisi lain harga minyak pelemahannya dapat ditahan didorong oleh laporan pasokan minyak mentah AS mungkin turun 500 ribu barel pada pekan lalu. (Ahm/Igw)