Liputan6.com, Riau - Masyarakat Riau tak hanya terpaksa menghirup udara berbahaya karena kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan, tetapi juga menghadapi pemadaman listrik oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Kondisi ini membuat Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman pusing lantaran di saat desakan masyarakat untuk menuntaskan kabut asap, dirinya juga diminta menyelesaikan persoalan krisis listrik di Riau.
Oleh karena itu, pria yang akrab disapa Andi ini, bersama Danrem Wirabima 031 Brigjen TNI Nurendi telah memanggil pihak PLN. Dia meminta perusahaan BUMN itu menjelaskan kenapa mesti ada pemadaman, saat Riau tengah diselimuti kabut asap.
Advertisement
Berdasarkan penjelasan PLN, kini Riau tengah defisit tenaga listrik karena musim kemarau panjang. Akibatnya, 2 waduk utama pembangkit listrik tenaga air mengering.
"Berdasarkan keterangan dari PLN, Riau defisit sekitar 30 sampai 40 megawatt. Kondisi alam seperti sekarang ini membuat pembangkit tidak optimal. PLTA susut air, sementara," ucap Andi di Lanud Roesmin Nurjadin, Rabu (30/9/2015).
Menurut Andi, pemadaman listrik di saat Riau diselimuti kabut asap kian memparah keadaan masyarakat. Hal itu terpaksa diterima karena kondisinya sudah demikian.
"Sebagai solusinya, kita sudah sampaikan ke PLN agar pemadaman dilakukan sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Dan mereka (PLN) mengaku sudah berusaha maksimal," ujar Andi.
Untuk mengurangi beban energi listrik di Riau, Andi mengimbau seluruh kantor yang ada, khususnya instansi pemerintah agar memakai listrik sesuai kebutuhan. "Dengan ini kita harapkan dapat mengurangi beban defisit sekarang ini," kata Andi.
Kondisi kabut asap disertai pemadaman listrik membuat warga Pekanbaru, Nurhasimah sangat resah. "Dengan matinya listrik, susah menghirup udara steril di rumah. Sebab, AC dan kipas tak hidup. Jadi, kondisi sesak menghirup asap ditambah dengan gelap-gulitanya rumah," ujar warga Jalan KH Ahmad Dahlan ini.
Nur menceritakan, pemadaman bergilir sudah dilakukan PLN sejak dua pekan terakhir. Pemadaman dilakukan secara tak menentu sehingga dirinya sulit membuat persiapan.
"Pemberitahuan memang ada, namun tak sesuai jadwal yang diberitahukan petugas. Jadwal di tempat saya seharusnya siang, tapi matinya di malam hari. Kalau sebentar tak apa-apa, ini sampai berjam-jam," ungkap Nur.
Dia berharap pemerintah segera menutaskkan persoalan asap dan krisis listrik. "Kalau tidak kepada pemerintah, sama siapa lagi kami mengadu," pungkas Nur. (M Syukur/Ahm)