Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) hanya meminta pengkajian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Penegasan tersebut untuk menjawab kesimpangsiuran informasi bahwa pada pekan depan pemerintah akan menurunkan harga BBM untuk jenis Premium dan Solar.
Sudirman mengatakan, Kementerian ESDM baru diminta untuk mengkaji kemungkinan perubahan harga BBM. Dalam permintaan tersebut, belum sama sekali diputuskan untuk menurunkan harga.
"Sebagai penanggung jawab sektor energi, saya meminta kepada tim di dalam ESDM dan PT Pertamina (Persero) untuk mengkaji manfaat dan mudarat jika harus mengubah harga BBM," kata Sudirman, di Jakarta, Jumat (3/10/2015) malam.
Menurut Sudirman, Presiden sedang mencari formula yang tepat yang digunakan berbagai solusi menggairahkan perekonomian nasional yang sedang melambat karena dampak pelemahan ekonomi global.
"Presiden meminta kepada semua menteri untuk memikirkan stimulus ekonomi sesuai dengan bidang masing-masing." tambahnya.
Sudirman menambahkan, segala kebijakan yang telah diambil dan dijalankan akan memberikan manfaat ke depan. "Saya yakin kebijakan terbaik apa pun, adalah yang dapat memberikan manfaat lebih besar dibandingkan mudaratnya. Pak Presiden sepanjang interaksi dengan saya selama ini selalu menghormati judgment profresional Kementerian ESDM," pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan bahwa perseroan akan mengkaji penurunan harga BBM khusus untuk jenis Premium dan Solar sesuai permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Kebijakan penurunan harga BBM baru akan dirilis pada pekan depan seiring pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid III. Usai menghadiri Rakor Kebijakan Ekonomi Tahap III di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Jumat (2/10/2015) kemarin, Dwi menuturkan, perseroan bersama kementerian terkait sedang mengkaji penurunan harga BBM Premium maupun Solar.
"Sekarang ini sedang dikaji. Nanti peta hasil pengkajiannya akan kami sampaikan minggu depan. Kami tidak hanya melihat posisi sekarang, tapi juga potensi efisiensi seperti apa," ucap dia.
Saat ini harga Premium yang dijual masih di bawah harga keekonomian, namun peluang penurunan harga jual bisa terjadi. Apalagi jika menyangkut upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang saat ini mengalami perlambatan.
"Kalau sekarang posisinya di bawah dari nilai keekonomian, tapi kami tidak melihat hari ini. Kami lihat potensi ke depan, karena kami dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Saya kira itu kebutuhan semuanya, kita harus ke arah sana mengingat ini bagian dari tugas negara," terang dia. (Pew/Gdn)*