Liputan6.com, Jakarta - Komisi VI DPR memanggil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno untuk membahas usulan Penyertaan Modal Negara (PMN) ‎dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016, khususnya kepada PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sebesar Rp 3 triliun. Rini memastikan bahwa suntikan modal itu bukan dialokasikan untuk menggarap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Menteri BUMN, Rini Soemarno mengatakan, Wijaya Karya ikut dalam konsorsium kereta cepat bersama PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Jasa Marga Tbk, PT Perkebunan Nusantara VIII. Rencananya konsorsium BUMN ini akan menggarap kereta cepat Jakarta-Bandung dengan pihak China.
Baca Juga
"Bapak Presiden menekankan pembangunan kereta cepat tidak menggunakan anggaran maupun jaminan pemerintah. Jadi tidak pakai APBN, termasuk dari PMN," tegas Rini saat ditemui di Komisi VI DPR, Jakarta, Senin (5/10/2015).
Advertisement
Emiten berkode WIKA itu, kata dia, memang mengusulkan penambahan modal atau PMNÂ di tahun depan. Tapi alokasi PMN bukan ditujukan untuk menggarap kereta cepat, melainkan investasi lain.
"Penggunaan dana WIKA akan terlihat jelas, mengingat dia perusahaan terbuka. Yang pasti penyertaan modal untuk WIKA sama sekali bukan dimanfaatkan untuk kereta cepat," terangnya.
Rini mengaku, proyek kereta cepat akan dibangun oleh konsorsium BUMN dan investor asal China dengan prosentase kepemilikan dikuasai konsorsium BUMN sebesar 60 persen.
"Porsi kepemilikan saham di proyek ini, konsorsium BUMN lebih besar 60 persen, sedangkan China 40 persen. Ini masih harus difinalisasi," cetus dia.
Seperti diketahui, Direktur Utama WIKA, Bintang Perbowo pernah mengatakan, suntikan modal dari pemerintah sangat diperlukan untuk beberapa proyek pembangunan yang sedang dikerjakan perusahaan.
Sebut saja pembangunan kawasan industri Kuala Tanjung dengan total investasi Rp 8 triliun, porsi Wika dalam proyek tersebut 20 persen, atau Rp 1,6 triliun yang berasal dari modal perusahaan Rp 480 miliar dan pinjaman perbankan sebesar Rp 1,12 triliun.
Seperti jalan tol Soreang-Pasir Koja, total investasinya Rp 1,5 triliun, porsi Wika dalam proyek tersebut 25 persen atau Rp 375 miliar, berasal dari ekuitas Wika Rp 113 miliar dan pinjaman Rp 261 miliar.
Kemudian, jalan Tol Manado Bitung dengan nilai investasi Rp 3,3 triliun, porsi Wika dalam proyek tersebut sebesar 20 persen atau Rp 660 miliar berasal dari dana ekuitas Rp 19‎8 miliar dan pinjaman Rp 462 miliar.
Lalu Samarinda Balikpapan, porsi Wika 15 persen atau Rp 1,25 triliun dari total investasi Rp 8,3 triliun. Dana tersebut berasal dari ekuitas Rp 378 miliar dan pinjaman Rp 881 miliar.
serta sistem penyedaiaan air minum (SPAM) Jatiluhur 5.000 liter per detik, total investasi proyek tersebut Rp 2 triliun, porsi Wika dalam proyek tersebut sebesar 14 persen atau Rp 280 miliar. Dana tersebut berasal dari ekuitas Rp 84 miliar dan pinjaman Rp 196 miliar. (Fik/Zul).