Liputan6.com, Jambi - Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Jambi mencatat, kemarau panjang berujung bencana kekeringan pada 2015 ini merupakan yang terparah dibanding tahun sebelumnya. Total lahan persawahan di Provinsi Jambi yang mengalami gagal panen atau puso mencapai 4.500 hektar.
Menurut Kepala Distan Provinsi Jambi, Amrin Aziz, akibat puso itu, produksi padi di Provinsi mengalami penurunan yang lumayan besar.
"Produksi padi di Jambi rata-rata 4,5 ton. Kalikan saja 4.500 hektar yang berkurang, berarti sekitar 20 ribu ton lebih penurunannya," ujar Amin di Jambi, Jumat (9/10/2015).
Advertisement
Dijelaskan Amin, lahan yang berpotensi ditanami di Jambi mencapai luasan 180 ribu hektar, namun baru sekitar 120 ribu hektar yang tertanami. Jika dibandingkan dengan kemarau sebelumnya, kemarau kali ini menjadi yang terparah. Di mana pada kemarau tahun sebelumnya, lahan yang mengalami puso hanya dikisaran 2.000-3.000 hektar.
Meski demikian, Amin tetap optimistis, musim tanam di bulan Oktober 2015 ini tak akan mundur. "(Lahan) sudah siap, meski tak ada air, musim tanam tetap Oktober," katanya.
Sementara itu, dilihat dari lokasi wilayah, Amrin menyatakan, daerah paling parah terjadi puso ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim). Dua kabupaten itu notabene adalah lumbung padi di Provinsi Jambi. Dari total 4.500 hektar sawah yang mengalami puso, setengahnya ada di dua kabupaten tersebut.
"Baru sisanya ada di Kabupaten Merangin dan Batanghari," ujarnya.
Untuk mencegah bencana kekeringan tidak terulang kembali, Amrin menyarankan agar pemerintah pusat ikut membantu dalam upaya pembuatan sumur bor. Mengingat, tidak semua daerah persawahan memiliki irigasi yang lancar alias masih ada lahan tadah hujan.
"Soal sumur bor ini kami (Distan Provinsi Jambi) sudah melayangkan surat meminta bantuan untuk sumur bor ini," tandasnya. (Bangun Santoso/Zul)