Liputan6.com, Jakarta - Mata uang negara berkembang mencatatkan kenaikan terbesar secara mingguan dalam 17 tahun ini. Hal itu dipicu dari prospek kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) susut pada 2015 ditambah harga minyak melonjak.
Indeks Bloomberg yang berisi 20 mata uang negara berkembang naik 3,4 persen pada pekan ini. Mata uang rupiah dan Rubel, mata uang Rusia menjadi mata uang terbaik di negara berkembang.
Baca Juga
Mata uang rupiah telah melonjak 8,8 persen terhadap dolar AS sejak 2 Oktober. Rubel telah naik 7,9 persen, Ringgit Malaysia mendaki 6 persen, dan peso Kolombia naik 5,2 persen.
Advertisement
Selain itu, indeks saham MSCI Asia Pacifik juga mencatatkan kenaikan terbaik dalam empat tahun ini. Hal itu seiring dana investor asing mulai masuk ke pasar modal yang mencapai US$ 1,2 miliar. Aliran dana investor asing itu masuk ke bursa saham Brazil, India, Indonesia, Korea Selatan, Taiwan dan Thailand. Sedangkan minyak juga mengalami kenaikan mingguan terbesar sejak Agustus.
Ada pun sentimen yang mempengaruhi penguatan mata uang dari harapan pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga bank sentral AS mulai memudar.
Berdasarkan survei menunjukkan kalau suku bunga bank sentral AS naik pada Desember menjadi 39 persen turun dari 60 persen pada September.
Rilis hasil pertemuan bank sentral AS pada 16-17 September 2015 juga menunjukkan kalau pejabat bank sentral AS masih khawatir terhadap perlambatan ekonomi China dan risiko dolar AS lebih kuat sehingga membebani ekspor AS.
"Data ekonomi AS yang lemah telah membantu dorongan sentimen dan kini giliran komoditas. Jadi seolah-olah semua kekhawatiran tentang perlambatan tajam di China dan harga komoditas rendah telah lenyap. Banyak mata uang emerging market tampak oversold dalam jangka pendek," kata Per Hammarlund, Direktur SEB AB seperti dikutip dari laman Bloomberg, Jumat (9/10/2015).
Analis ANZ Khoon Goh mengatakan, harapan penundaan kenaikan suku bunga mungkin menjadi katalis positif sehingga membuat reli terhadap mata uang Asia pada pekan ini. Meski demikian, mata uang Asia masih mencatatkan tantangan ke depan.
Mengutip data Bloomberg, dolar AS cenderung melemah terhadap mata uang Asia:
1. Dolar Singapura naik 0,79 persen
2. Dolar Taiwan menguat 0,87 persen
3. Won Korea Selatan menguat 1,24 persen
4. Peso Filipina menguat 0,57 persen
5. Rupiah menguat 3,43 persen
6. Baht Thailand naik 0,70 persen
7. Ringgit Malaysia menguat 2,5 persen
8. Rupee India menguat 0,53 persen
9. Yuan China menguat 0,13 persen
Sedangkan dolar AS masih menguat terhadap mata uang Yen Jepang sekitar 0,26 persen, dolar Australia naik 1,02 persen dan Dolar Selandia Baru menguat 0,60 persen. (Ahm/Igw)