Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui paket kebijakan ekonomi jilid III memutuskan untuk menurunkan harga solar bersubsidi sebesar Rp 200, dari sebelumnya Rp 6.900 per liter menjadi Rp 6.700 per liter. Penurunan harga solar ini pun mendapatkan sambutan baik dari nelayan lokal.
Ketua Umum Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisonal Indonesia (KNTI), Riza Damanik mengatakan, selama ini solar menjadi bagian penting dari keberlangsungan kegiatan nelayan di dalam negeri.
"Solar masih menjadi pilihan bahan bakar minyak utama bagi kegiatan produksi perikanan tangkap maupun budidaya," ujar Riza di Jakarta, Sabtu (10/10/2015).
Advertisement
Dia menjelaskan, penurunan harga solar diharapkan akan meningkatkan pendapatan nelayan karena bahan bakar untuk perahunya lebih murah.
"Idealnya, penurunan harga solar akan menambah margin keuntungan usaha nelayan dan petambak. Secara kuantitas akan mengurangi ongkos produksi," lanjut dia.
Selain itu, pemerintah juga diminta melakukan langkah-langkah lanjutan dari penurunan harga ini agar benar-benar dirasakan oleh masyarakat nelayan.
"Namun pengurangan tersebut diperkirakan hanya akan sedikit berdampak pada pendapatan, jika pemerintah tidak segera melakukan langkah operasional di tingkat kampung," kata Riza.
Langkah-langkah tersebut antara lain, mengendalikan harga kebutuhan bahan pokok yang sudah telanjur naik. Kemudian, menjaga tata niaga produk perikanan tetap menguntungkan nelayan dan petambak. Selain itu, pemerintah juga harus memastikan kontinuitas pasokan BBM solar ke kampung-kampung nelayan.
Pemerintah juga harus mendorong pengembangan teknologi penangkapan ikan untuk mendukung efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan BBM.
"Hal lain yang perlu menjadi perhatian pemerintah adalah mendorong pengalihan BBM ke gas untuk nelayan ini. Maju-mundurnya pemerintah dalam hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan ketidakpastian dalam berusaha dan berpeluang kontraproduktif dengan upaya peningkatan produksi dan kesejahteraan nelayan," kata Riza. (Dny/Ahm)*