Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) menyatakan, penguatan rupiah sangat berdampak besar terhadap permintaan surat berharga negara (SBN), seperti surat utang jangka panjang atau obligasi. Keuntungan lain dari pelemahan dolar AS memicu penurunan imbal hasil surat utang negara (SUN).
Dirjen PPR Kemenkeu, Robert Pakpahan mengungkapkan, tekanan rupiah yang sempat menyebabkan lonjakan imbal hasil (yield) SUN kini berbalik arah. Posisi yield mengalami penurunan selama beberapa hari terakhir sejak rupiah terapresiasi.
"Kalau rupiah melemah, yield kan cenderung naik karena harga obligasiya cenderung turun. Jadi penguatan rupiah akhir-akhir ini membantu menurunkan yield SBN cukup signifikan," ujar dia saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (12/10/2015).
Lebih jauh Robert mengatakan, rata-rata tertimbang yield SUN dengan jangka waktu 10 tahun saat ini merosot di kisaran 8,6 persen-8,7 persen dari sebelumnya mengalami kenaikan tinggi sekira 9,6 persen-9,7 persen.
"Jadi sangat dipengaruhi penguatan rupiah, kan apresiasinya 100 Bps dalam beberapa hari terakhir. Tapi ternyata pemain asing banyak berperan," ujarnya.
Dorongan penurunan imbal hasil surat utang, dia bilang, terjadi karena tingginya permintaan pembelian surat utang Indonesia di pasar sekunder.
"Kalau rupiah menguat, asing banyak masuk sehingga demand terhadap obligasi kita di pasar sekunder semakin kuat, ini menjadi dorongan yield positif turun," tegas Robert.(Fik/Ndw)
Rupiah Perkasa, Investor Borong Surat Utang RI
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) menyatakan, penguatan rupiah sangat berdampak besar terhadap permintaan surat berharga negara (SBN), seperti surat utang jangka panjang atau obligasi. Keuntungan lain dari pelemahan dolar AS memicu penurunan imbal hasil surat utang negara (SUN).
Dirjen PPR Kemenkeu, Robert Pakpahan mengungkapkan, tekanan rupiah yang sempat menyebabkan lonjakan imbal hasil (yield) SUN kini berbalik arah. Posisi yield mengalami penurunan selama beberapa hari terakhir sejak rupiah terapresiasi.
"Kalau rupiah melemah, yield kan cenderung naik karena harga obligasiya cenderung turun. Jadi penguatan rupiah akhir-akhir ini membantu menurunkan yield SBN cukup signifikan," ujar dia saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (12/10/2015).
Lebih jauh Robert mengatakan, rata-rata tertimbang yield SUN dengan jangka waktu 10 tahun saat ini merosot di kisaran 8,6 persen-8,7 persen dari sebelumnya mengalami kenaikan tinggi sekira 9,6 persen-9,7 persen.
"Jadi sangat dipengaruhi penguatan rupiah, kan apresiasinya 100 Bps dalam beberapa hari terakhir. Tapi ternyata pemain asing banyak berperan," ujarnya.
Dorongan penurunan imbal hasil surat utang, dia bilang, terjadi karena tingginya permintaan pembelian surat utang Indonesia di pasar sekunder.
"Kalau rupiah menguat, asing banyak masuk sehingga demand terhadap obligasi kita di pasar sekunder semakin kuat, ini menjadi dorongan yield positif turun," tegas Robert.