Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia melemah di awal pekan ini seiring pelaku pasar merealisasikan keuntungan. Ditambah laporan produksi negara produsen minyak (OPEC) yang tinggi dan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve masih menunda kenaikan suku bunga pada 2015.
Harga minyak dunia jenis Brent untuk pengiriman November turun US$ 2,79 atau 5,3 persen ke level US$ 49,86 per barel. Sementara itu, harga minyak acuan Amerika Serikat melemah US$ 2,53 atau 5,1 persen ke level US$ 47,10. Penurunan ini terbesar sejak 1 September.
Baca Juga
"Setelah reli delapan persen pada pekan lalu dan bergerak ke level US$ 51, kini harga minyak kembali melemah, dan ini bisa diduga," ujar Philip Streible, Analis RJO Futures, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (13/10/2015).
Advertisement
Penurunan harga minyak ini didorong dari laporan bulanan OPEC soal produksi minyak. Diperkirakan produksi minyak mencapai 31,57 juta barel per hari pada September 2015. Angka ini naik sekitar 110 ribu barel per hari pada Agustus. Hasil produksi minyak tersebut juga melebihi permintaan pada 2015.
Selain itu, OPEC juga memperkirakan kalau permintaan minyak akan jauh lebih tinggi pada 2016 dari pada yang diperkirakan sebelumnya. Hal itu juga sebagai strategi untuk membuat harga minyak kembali tertekan sehingga memukul persediaan minyak AS.
Menteri perminyakan Kuwait Ali al-Omair mengatakan, pihaknya tidak ada niat untuk mengubah kebijakan produksi lebih rendah untuk mendukung harga pada 2016. Hal itu membuat sinyal kalau negara produsen minyak ingin tetap menjaga pangsa pasar.
Seperti diketahui, harga minyak Brent turun menjadi US$ 42 per barel pada Agustus, dari level tertinggi US$ 114 pada Juni 2014. Kemudian kembali reli ke level US$ 54,05 pada Jumat pekan lalu. (Ahm/Igw)