Liputan6.com, Jakarta - Setelah harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar turun, pemerintah juga didesak menerapkan kebijakan serupa untuk Premium. Harga BBM RON 88 ini dinilai pantas turun seiring penguatan nilai tukar rupiah dan masih rendahnya harga jual minyak dunia.
Ketua Tim Ahli Wakil Presiden (Wapres), Sofjan Wanandi menentang penurunan harga Premium dalam paket kebijakan ekonomi selanjutnya. Dia menganggap, penggunaan Premium hanya bersifat konsumtif bukan untuk sesuatu yang produktif, apalagi membuka lapangan kerja untuk rakyat Indonesia.
"Kalau Premium diturunkan, itu bukan untuk produktivitas. Tapi Premium lebih banyak dikonsumsi kendaraan, cuma akan jadi asap saja. Semuanya konsumtif, tidak memberikan pekerjaan kepada rakyat kita. Jadi apa gunanya diturunkan," tegas dia saat ditemui di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, seperti ditulis Selasa (13/10/2015). Â
Advertisement
Ketika ditanyakan kepastian mengenai kemungkinan harga Premium turun, Sofjan menjawab diplomatis dan tetap memberi sinyal penolakan kebijakan tersebut.
"Saya tidak tahu itu, mungkin saja. Yang pasti saya merasa, itu (harga Premium turun) bukan sesuatu yang produktif jika mau memberi pekerjaan untuk rakyat kita," tegas Mantan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) itu. (Fik/Ahm)