Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdangan selasa pagi ini. Penyebab pelemahan rupiah adalah aksi ambil untung (profit taking) investor mengantisipasi keluarnya data ketenagakerjaan AS di tengah menyusutnya cadangan devisa Bank Indonesia (BI).
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada kisaran 13.572 per dolar AS pada pukul 10.32 WIB. Rupiah dibuka melemah di level 13.471 per dolar AS dibandingkan penutupan kemarin yang ada di angka 13.408 per dolar AS. Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 13.471 per dolar AS hingga 13.638 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah melemah 91 poin menjadi 13.557 per dolar AS pada Selasa dibanding dengan perdagangan sehari sebelumnya yang ada di level 13.446 per dolar AS.
Analis pasar uang PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk, Rully Nova menjelaskan, pelemahan rupiah pada hari ini dikarenakan aksi profit taking oleh para pelaku pasar, mengingat rupiah sudah menguat cukup tajam dalam beberapa terakhir. "Lebih ke teknikal, karena rupiah menguat cukup tajam sebelumnya" kata rully.
Menurut Rully, Aksi ambil untung tersebut dikarenakan para pelaku pasar mengantisipasi data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis pada hari Kamis. Berdasarkan konsensus para analis dan ekonom, data pengangguran di AS mengalami penurunan menjadi 269 ribu klaim dari bulan sebelumnya yang ada di 263 ribu klaim.Â
Pada hari kamis waktu setempat, Department of Labor Amerika akan merilis data klaim pengangguran.
Di sisi lain, cadangan devisa Bank Indonesia juga menurun. Dalam 2 minggu terakhir rupiah sempat menguat hingga 9,9 persen. melonjak dari level terlemah di 14.828 per dolar AS pada 29 September 2015 lalu, hingga menyentuh level terkuat 2 minggu ini di kisaran 13.348 per dolar AS.
Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia akhir September 2015 mengalami penurunan. Hal itu lantaran cadangan devisa digunakan untuk stabilisasi rupiah dan pembayaran utang luar negeri.
Direktur Kesekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara menjelaskan tercatat cadangan devisa saat ini sebesar US$ 101,7 miliar. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan posisi cadangan devisa akhir Agustus 2015 sebesar US$105,3 miliar.
Tirta menambahkan, hal tersebut sejalan dengan komitmen Bank Indonesia yang telah dan akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya guna mendukung terjaganya stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan. (Ilh/Gdn)